Etika Dan Profesionalisme Tekhnologi Sistem Informasi

Author: Ozie Cool /

Pengertian Etika, Moral dan Etiket Sebelum membahas mengenai Etika dan Profesionalisme Teknologi Sistem Informasi ada baiknya jika kita mengetahui apa yang dimaksud dengan Etika. Berbicara tentang Etika tentu akan bersinggungan pula dengan Moral dan Etiket. Maka pada bagian yang pertama kita akan membahas mengenai Etika, Moral dan Etiket. Lalu pada bagian kedia kita akan membahas Etika dalam kaitannya dengan jiwa Professionalisme dalam bidang Teknologi Sistem Informasi. Etika Istilah Etika berasal dari bahasa Yunani kuno. Bentuk tunggal kata ‘etika’ yaitu ethos sedangkan bentuk jamaknya yaitu ta etha. Ethos mempunyai banyak arti yaitu : tempat tinggal yang biasa, padang rumput, kandang, kebiasaan/adat, akhlak,watak, perasaan, sikap, cara berpikir. Sedangkan arti ta etha yaitu adat kebiasaan. Arti dari bentuk jamak inilah yang melatar-belakangi terbentuknya istilah Etika yang oleh Aristoteles dipakai untuk menunjukkan filsafat moral. Jadi, secara etimologis (asal usul kata), etika mempunyai arti yaitu ilmu tentang apa yang biasa dilakukan atau ilmu tentang adat kebiasaan (K.Bertens, 2000). Biasanya bila kita mengalami kesulitan untuk memahami arti sebuah kata maka kita akan mencari arti kata tersebut dalam kamus. Tetapi ternyata tidak semua kamus mencantumkan arti dari sebuah kata secara lengkap. Hal tersebut dapat kita lihat dari perbandingan yang dilakukan oleh K. Bertens terhadap arti kata ‘etika’ yang terdapat dalam Kamus Bahasa Indonesia yang lama dengan Kamus Bahasa Indonesia yang baru. Dalam Kamus Bahasa Indonesia yang lama (Poerwadarminta, sejak 1953 – mengutip dari Bertens,2000), etika mempunyai arti sebagai : “ilmu pengetahuan tentang asas-asas akhlak (moral)”. Sedangkan kata ‘etika’ dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia yang baru (Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, 1988 – mengutip dari Bertens 2000), mempunyai arti : ilmu tentang apa yang baik dan apa yang buruk dan tentang hak dan kewajiban moral (akhlak); kumpulan asas atau nilai yang berkenaan dengan akhlak; nilai mengenai benar dan salah yang dianut suatu golongan atau masyarakat. Dari perbadingan kedua kamus tersebut terlihat bahwa dalam Kamus Bahasa Indonesia yang lama hanya terdapat satu arti saja yaitu etika sebagai ilmu. Sedangkan Kamus Bahasa Indonesia yang baru memuat beberapa arti. Kalau kita misalnya sedang membaca sebuah kalimat di berita surat kabar “Dalam dunia bisnis etika merosot terus” maka kata ‘etika’ di sini bila dikaitkan dengan arti yang terdapat dalam Kamus Bahasa Indonesia yang lama tersebut tidak cocok karena maksud dari kata ‘etika’ dalam kalimat tersebut bukan etika sebagai ilmu melainkan ‘nilai mengenai benar dan salah yang dianut suatu golongan atau masyarakat’. Jadi arti kata ‘etika’ dalam Kamus Bahasa Indonesia yang lama tidak lengkap. K. Bertens berpendapat bahwa arti kata ‘etika’ dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia tersebut dapat lebih dipertajam dan susunan atau urutannya lebih baik dibalik, karena arti kata ke-3 lebih mendasar daripada arti kata ke-1. Sehingga arti dan susunannya menjadi seperti berikut : 1. Nilai dan norma moral yang menjadi pegangan bagi seseorang atau suatu kelompok dalam mengatur tingkah lakunya. Misalnya, jika orang berbicara tentang etika orang Jawa, etika agama Budha, etika Protestan dan sebagainya, maka yang dimaksudkan etika di sini bukan etika sebagai ilmu melainkan etika sebagai sistem nilai. Sistem nilai ini bisaberfungsi dalam hidup manusia perorangan maupun pada taraf sosial. 2. Kumpulan asas atau nilai moral. Yang dimaksud di sini adalah kode etik. Contoh : Kode Etik Jurnalistik 3. Ilmu tentang yang baik atau buruk. Etika baru menjadi ilmu bila kemungkinan-kemungkinan etis (asas-asas dan nilai-nilai tentang yang dianggap baik dan buruk) yang begitu saja diterima dalam suatu masyarakat dan sering kali tanpa disadari menjadi bahan refleksi bagi suatu penelitian sistematis dan metodis. Etika di sini sama artinya dengan filsafat moral. Moral Istilah Moral berasal dari bahasa Latin. Bentuk tunggal kata ‘moral’ yaitu mos sedangkan bentuk jamaknya yaitu mores yang masing-masing mempunyai arti yang sama yaitu kebiasaan, adat. Bila kita membandingkan dengan arti kata ‘etika’, maka secara etimologis, kata ’etika’ sama dengan kata ‘moral’ karena kedua kata tersebut sama-sama mempunyai arti yaitu kebiasaan,adat. Dengan kata lain, kalau arti kata ’moral’ sama dengan kata ‘etika’, maka rumusan arti kata ‘moral’ adalah nilai-nilai dan norma-norma yang menjadi pegangan bagi seseorang atau suatu kelompok dalam mengatur tingkah lakunya. Sedangkan yang membedakan hanya bahasa asalnya saja yaitu ‘etika’ dari bahasa Yunani dan ‘moral’ dari bahasa Latin. Jadi bila kita mengatakan bahwa perbuatan pengedar narkotika itu tidak bermoral, maka kita menganggap perbuatan orang itu melanggar nilai-nilai dan norma-norma etis yang berlaku dalam masyarakat. Atau bila kita mengatakan bahwa pemerkosa itu bermoral bejat, artinya orang tersebut berpegang pada nilai-nilai dan norma-norma yang tidak baik. ‘Moralitas’ (dari kata sifat Latin moralis) mempunyai arti yang pada dasarnya sama dengan ‘moral’, hanya ada nada lebih abstrak. Berbicara tentang “moralitas suatu perbuatan”, artinya segi moral suatu perbuatan atau baik buruknya perbuatan tersebut. Moralitas adalah sifat moral atau keseluruhan asas dan nilai yang berkenaan dengan baik dan buruk. Etiket Dalam Kamus Umum Bahasa Indonesia diberikan beberapa arti dari kata “etiket”, yaitu : Etiket (Belanda) secarik kertas yang ditempelkan pada kemasan barang-barang (dagang) yang bertuliskan nama, isi, dan sebagainya tentang barang itu. Etiket (Perancis) adat sopan santun atau tata krama yang perlu selalu diperhatikan dalam pergaulan agar hubungan selalu baik. Perbedaan Etiket dengan Etika K. Bertens dalam bukunya yang berjudul “Etika” (2000) memberikan 4 (empat) macam perbedaan etiket dengan etika, yaitu : 1. Etiket menyangkut cara (tata acara) suatu perbuatan harus dilakukan manusia. Misal : Ketika saya menyerahkan sesuatu kepada orang lain, saya harus menyerahkannya dengan menggunakan tangan kanan. Jika saya menyerahkannya dengan tangan kiri, maka saya dianggap melanggar etiket. 2. Etika menyangkut cara dilakukannya suatu perbuatan sekaligus memberi norma dari perbuatan itu sendiri. Misal : Dilarang mengambil barang milik orang lain tanpa izin karena mengambil barang milik orang lain tanpa izin sama artinya dengan mencuri. “Jangan mencuri” merupakan suatu norma etika. Di sini tidak dipersoalkan apakah pencuri tersebut mencuri dengan tangan kanan atau tangan kiri. Etika dan Profesionalisme TSI Pengertian Etika dari sudut pandang Teknologi Sistem Informasi : Drs. O.P. SIMORANGKIR : etika atau etik sebagai pandangan manusia dalam berprilaku menurut ukuran dan nilai yang baik. Drs. Sidi Gajalba dalam sistematika filsafat : etika adalah teori tentang tingkah laku perbuatan manusia dipandang dari segi baik dan buruk, sejauh yang dapat ditentukan oleh akal. Drs. H. Burhanudin Salam : etika adalah cabang filsafat yang berbicara mengenai nilai dan norma moral yang menentukan prilaku manusia dalam hidupnya. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, etika adalah : Ilmu tentang apa yang baik dan yang buruk, tentang hak dan kewajiban moral. Kumpulan asas / nilai yang berkenaan dengan akhlak Nilai mengenai yang benar dan salah yang dianut masyarakat. Etika secara umum dapat dibagi menjadi : a. Etika Umum, berbicara mengenai kondisi-kondisi dasar bagaimana manusia bertindak secara etis, bagaimana manusia mengambil keputusan etis, teori-teori etika dan prinsip-prinsip moral dasar yang menjadi pegangan bagi manusia dalam bertindak serta tolak ukur dalam menilai baik atau buruknya suatu tindakan. b. Etika Khusus, merupakan penerapan prinsip-prinsip moral dasar dalam bidang kehidupan yang khusus. Etika Khusus dibagi lagi menjadi dua bagian : a. Etika Individual, yaitu menyangkut kewajiban dan sikap manusia terhadap dirinya sendiri. b. Etika Sosial, yaitu berbicara mengenai kewajiban, sikap dan pola perilaku manusia sebagai anggota umat manusia. Ada dua macam etika yang harus dipahami bersama dalam menentukan baik dan buruknya prilaku manusia : 1. Etika Deskriptif, yaitu etika yang berusaha meneropong secara kritis dan rasional sikap dan prilaku manusia dan apa yang dikejar oleh manusia dalam hidup ini sebagai sesuatu yang bernilai. Etika deskriptif memberikan fakta sebagai dasar untuk mengambil keputusan tentang prilaku atau sikap yang mau diambil. 2. Etika Normatif, yaitu etika yang berusaha menetapkan berbagai sikap dan pola prilaku ideal yang seharusnya dimiliki oleh manusia dalam hidup ini sebagai sesuatu yang bernilai. Etika normatif memberi penilaian sekaligus memberi norma sebagai dasar dan kerangka tindakan yang akan diputuskan. Profesionalisme Pengertian Profesi Tangkilisan (2005) menyatakan bahwa, Profesi sebagai status yang mempunyai arti suatu pekerjaan yang memerlukan pengetahuan, mencakup illmu pengetahuan, keterampilan dan metode. Menurut De George Profesi, adalah pekerjaan yang dilakukan sebagai kegiatan pokok untuk menghasilkan nafkah hidup dan yang mengandalkan suatu keahlian. Menurut Hardjana (2002), pengertian Profesional adalah orang yang menjalani profesi sesuai dengan keahlian yang dimilikinya. Menurut Tanri Abeng (dalam Moeljono, 2003: 107), pengertian professional terdiri atas tiga unsur, yaitu knowledge, skill, integrity, dan selanjutnya ketiga unsur tersebut harus dilandasi dengan iman yang teguh, pandai bersyukur, serta kesediaan untuk belajar terus-menerus. Menurut Siagian (dalam Kurniawan, 2005:74), profesionalisme adalah keandalan dalam pelaksanaan tugas sehingga terlaksana dengan mutu yang baik, waktu yang tepat, cermat dan dengan prosedur yang mudah dipahami dan diikuti oleh pelanggan atau masyarakat. Menurut Abdulrahim (dalam suhrawardi, 1994 :10) bahwa profesionalisme biasanya dipahami sebagai kualitas yang wajib dipunyai setiap eksekutif yang baik, dimana didalamnya terkandung beberapa ciri sebagai berikut : Punya Keterampilan tinggi dalam suatu bidang, serta kemahiran dalam mempergunakan peralatan tertentu yang diperlukan dalam pelaksanaan tugas yang bersangkutan dengan bidang tadi. Punya ilmu dan pengetahuan serta kecerdasan dalam menganalisa suatu masalah dan peka didalam membaca situasi, cepat dan tepat serta cermat dalam mengambil keputusan terbaik atas dasar kepekaan. Punya sikap berorientasi ke hari depan, sehingga punya kemampuan mengantisipasi perkembangan lingkungan yang terentang dihadapannya. Punya sikap mandiri berdasarkan keyakinan akan kemampuan pribadi serta terbuka menyimak dan menghargai pendapat orang lain, namun cermat dalam memilih yang terbaik bagi dirinya dan perkembangan pribadinya. Etika dan Profesionalisme Teknologi Sistem Informasi dibutuhkan karena : Etika membantu manusia untuk melihat secara kritis moralitas yang dihayati masyarakat, etika juga membantu merumuskan pedoman etis yang lebih kuat dan norma-norma baru yang dibutuhkan karena adanya perubahan yang dinamis dalam tata kehidupan masyarakat. Etika membantu untuk mengambil keputusan tentang tindakan apa yang perlu dilakukan dan yang perlu dipahami bersama bahwa etika ini dapat diterapkan dalam segala aspek atau sisi kehidupan, dengan demikian etika ini dapat dibagi menjadi beberapa bagian sesuai dengan aspek atau sisi kehidupan manusianya. Tujuan Etika dalam Teknologi Sistem Informasi adalah : Sebagai dasar pijakan atau patokan yang harus ditaati dalam teknologi informasi untuk melakukan proses pengembangan, pemapanan dan juga untuk menyusun instrument. Tujuan digunakannya Etika dalam Teknologi Sistem Informasi : Mampu memetakan permasalahan yang timbul akibat penggunaan teknologi informasi itu sendiri. Mampu menginventarisasikan dan mengidentifikasikan etika dalam teknologi informasi. Mampu menemukan masalah dalam penerapan etika teknologi informasi. Penerapan Etika dan Profesionalisme Teknologi Sistem Informasi : Etika dan profesionalisme Teknologi Sistem Informasi dapat diterapkan ketika seseorang berhadapan dan menggunakan teknologi sistem informasi. Etika dan profesionalisme sebaiknya sudah menjadi sikap dasar para pengguna Teknologi Sistem informasi setiap saat. Dengan demikian pertanggung-jawaban secara etika dan profesional menjadi nyata. Penerapkan Etika dan Profesionalisme Teknologi Sistem Informasi : Harus dilakukan oleh semua pihak yang terlibat dalam Teknologi Sistem Informasi seperti yang telah disebutkan sebelumnya, setiap orang yang hendak menggunakan teknologi sistem informasi tertentu harus mempertimbangkan untuk menggunakan etika dan profesionalisme Teknologi Sistem Informasi, sehingga pengguna etika dan profesionalisme Teknologi Sistem Informasi ini tentunya adalah semua elemen di dalam suatu lingkungan kerja yang akan dan telah menggunakan Teknologi Sistem Informasi untuk menghindari adanya isu-isu etika dalam pemanfaatan TI. Sebagai seorang yang profesional, kita mempunyai tanggung jawab moral untuk mempromosikan etika penggunaan teknologi informasi di setiap kesempatan dantempat khususnya tempat kita bekerja. Hal itu termasuk melaksanakan peran kita dengan baik sebagai suatu sumber daya manusia yang penting di dalam sistem bisnis dalam organisasi.

Cara Modern untuk Tingkatkan Produksi Jamu

Author: Ozie Cool /

Para produsen jamu tradisional di Cilacap mulai menerapkan tekhnologi tepat guna dalam proses produksi jamu. Hasilnya, selain produksi meningkat, jamu yang dihasilkan pun lebih higienis. Karena ulah segelintir produsen jamu yang mencampur produk jamu dengan bahan kimia obat serta memproduksi tanpa izin, citra beragam merk jamu asal Cilacap, Jawa Tengah, tercoreng dalam beberapa tahun belakangan ini.
"Seolah-olah semua produsen jamu asal Cilacap menambahkan bahan kimia obat agar khasiatnya cepat terasa setelah diminum konsumen. Padahal, cara ilegal itu sebenarnya hanya dilakukan oleh beberapa gelintir produsen jamu yang kebetulan berada di Cilacap," cetus Munfarid, pengurus Koperasi Jamu (Kopja) Aneka Sari, Cilacap. Akibat pendiskreditan tersebut, lanjut dia, banyak produsen jamu yang gulung tikar.
Dulu, jumlah anggota Kopja Aneka Sari mencapai 836 produsen, namun kini setelah citra para produsen jamu Cilacap tercoreng, jumlah produsen jamu hanya 257 orang. Kondisi itu jelas mempengaruhi roda perekonomian masyarakat setempat serta produktifitas tenaga kerja. Pasalnya, satu produsen jamu tradisional biasanya memperkerjakan 10 sampai 20 karyawan. "Bisa dibayangkan berapa ratus orang yang harus kehilangan pekerjaan lantaran ulah segelintir produsen jamu ilegal," kata Munfarid dengan nada kesal.
Untungnya, tidak semua produsen patah arang menghadapi berbagai tudingan miring tentang kualitas jamu asal Cilacap itu. Bahkan, salah satu dari mereka berusaha bangkit dengan tetap menjaga kemurnian jamu serta menerapkan teknologi tepat guna yang diperkenalkan Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI).
Tatang Mulyadi, produsen jamu di Desa Gentasari, Kecamatan Kroya, Cilacap, merupakan salah seorang produsen yang menjaga kemurnian resep jamu dari leluhurnya. Pria berumur 31 tahun itu dipercaya mengelola perusahaan jamu Sumber Alami yang diturunkan dari Suparmin, kakek buyutnya.
Tatang memproduksi jamu dengan menggunakan tanaman-tanaman lokal yang berkhasiat sebagai obat sebagai bahan bakunya. Beberapa jenis tanaman itu, antara lain temulawak, temu ireng, kapulaga, sambiloto, pala, cabai jawa, kumis kucing, keji beling, daun sirih, kedawung, kayu manis, kencur, dan jahe emprit.
Untuk membuat jamu pegal linu dan penambah nafsu makan, semua bahan baku tersebut diolah secara manual dengan cara ditumbuk. Tatang juga menerapkan teknologi penepungan biji-bijian atau bahan rempah-rempah. Namun, mesin-mesin pembuat serbuk jamu yang ada di pasaran kapasitasnya sangat terbatas.
Menurut dia, semula jumlah produksi jamu dengan menggunakan mesin yang beredar di pasaran untuk membuat jamu pegal linu dan penambah nafsu makan hanya 50 kilogram per hari. Namun, kapasitas produksi itu bertambah setelah dia mendapatkan pembinaan dari LIPI lewat program IPTEK di Daerah (Iptekda) 2009.
Program tersebut memfasilitasi teknologi tepat guna yang sudah teruji (well proven) untuk mengolah jamu, mulai dari tahap pengeringan bahan baku, penepungan, hingga pengemasan. Bahkan, melalui program itu para produsen jamu dibina mengenai persoalan administrasi dan keuangan. "Kini, perusahaan saya mampu memproduksi jamu sampai satu kuintal per hari," ujar Tatang.
Proses Pembuatan
Lebih lanjut, Tatang menjelaskan proses pembuatan jamu diawali dengan pencucian semua bahan baku. Lalu, bahan baku itu dirajang tipis-tipis agar kandungan airnya cepat diuapkan selama proses pengeringan. Proses pengeringan dilakukan dengan bantuan mesin pengering bertenaga listrik karya perekayasa LIW. Mesin itu memiliki spesifikasi tenaga 1 horse power (hp), kapasitas 15 kilogram per siklus, blower 0,5 hp, dan tungku pemanas.
Menurut Dalmasius Ganjar S, perekayasa LIPI, mekanisme kerja mesin pengering tersebut berawal dari sumber listrik yang menggerakkan tabung silinder stainless berkapasitas 15 kilogram per siklus dalam kecepatan tertentu. Sumber listrik tersebut juga menghidupkan blower yang berfungsi menyalurkan sumber panas dari tungku. Sedangkan sumber pemanas dari tungku bisa menggunakan bahan bakar kayu atau gas.
Selama ini, kata Tatang, proses pengeringan masing-masing bahan baku jamu itu berbeda antara satu dengan yang lainnya. Penyebabnya, kadar air antara tanaman-tanaman obat itu juga memiliki perbedaan. Namun, satu hal yang pasti, proses pengeringan itu lebih cepat ketimbang memanaskan bahan baku di bawah terik Matahari.
Untuk mengeringkan 15 kilogram temulawak dengan mesin pengering, misalnya, membutuhkan waktu hanya sekitar 25 menit. Apabila dikeringkan dengan menggunakan sinar Matahari, maka kapan pastinya bahan baku tersebut kering tidak bisa ditentukan. Hal itu dikarenakan pemanasan di bawah terik Matahari sangat bergantung pada kondisi cuaca.
Setelah bahan baku kering, proses selanjutnya ialah memasukkannya ke dalam mesin penepung. Dalmasius menerangkan mesin penepung bertenaga listrik yang dirancang LIPI memiliki spesifikasi bertenaga 5. hp, berkapasitas 100 kilogram per siklus, humer mill berbahan baja amutit, dan memiliki ruang separator atau pemisah bahan baku kasar dan lembut.
Pengoperasian alat penepung itu dengan dengan cara memasukan bahan baku jamu yang sudah kering ke dalam suatu alat penampung. Selanjutnya, bahan baku disalurkan ke ruang penghancur (humer mill) yang berputar 2.800 revolutions per minute (rpm). Kemudian bahan baku yang hancur tersebut akan tersedot ke dalam ruang separator.
Untuk bahan baku yang berukuran 80 sampai 100 mesh langsung dikeluarkan dalam bentuk serbuk. Sedangkan bahan baku yang berukuran lebih besar dari 100 mesh oleh separator dikirim lagi ke ruang penghancur. Di sisi lain, bahan baku berukuran lebih kecil dari 80 mesh disalurkan ke ruangan penangkap debu. "Hasil serbuk jamu yang diolah dengan mesin penepung LIPI itu lebih lembut dari pada ketika ditumbuk dengan tangan," klaim Dalmasius.
Seusai melakukan penepungan bahan baku jamu, tambah Dalmasius, tahapan selanjutnya ialah pembuatan formula jamu untuk berbagai macam tujuan, semisal jamu pegal linu dan jamu sehat. Pembuatan formula itu juga dilakukan dengan bantuan mesin pencampur (mixing) agar semua komposisi jamu menjadi homogen.
Menurut Dalmasius, mesin pencampur itu memiliki spesifikasi yang cukup sederhana, yaitu terdiri dari wadah pencampur berkapasitas 15 kilogram yang digerakkan tenaga 0,5 hp. Wadah pencampur terbuat dari bahan stainless untuk memenuhi standar kebersihan dan hygienis. Alhasil, produk jamu yang dihasilkan juga terjamin kebersihan dan kehigienisannya.
http://bataviase.co.id/node/232381

ANALISA PENJELASAN DAN PEMBENARAN KALIMAT

1. Para produsen jamu tradisional di Cilacap mulai menerapkan teknologi tepat guna dalam proses produksi jamu.

-> Para produsen jamu tradisional mulai menerapkan tekhnologi tepat guna
S P
dalam proses produksi jamu di Cilacap
Ket. Tempat

2. Hasilnya, selain produksi meningkat, jamu yang dihasilkan pun lebih higienis.
Keterangan S P Ks
Hasilnya merupakan preposisi. Sebaiknya dihilangkan.
-> Selain produksi meningkat, jamu yang dihasilkan pun lebih higienis.

3. Karena ulah segelintir produsen jamu yang mencampur produk jamu dengan
Induk Kalimat
bahan kimia obat serta memproduksi tanpa izin, citra beragam merk jamu
Anak Kalimat
asal Cilacap, Jawa Tengah, tercorengdalam beberapa tahun belakangan ini.
Kalimat diatas merupakan Kalimat Majemuk, karena memiliki induk dan anak kalimat

4. Tatang memproduksi jamu dengan menggunakan tanaman-tanaman lokal yang berkhasiat sebagai obat sebagai bahan bakunya.
Penggunaan kata sebagai tidak efektif. ‘Nya’ digunakan sebagai pengganti objek (Tatang).
-> Tatang memproduksi jamu dengan menggunakan tanaman-tanaman lokal yang berkhasiat sebagai bahan baku obatnya.

5. Tatang juga menerapkan teknologi penepungan biji-bijian atau bahan
S P Pelengkap
rempah-rempah.
Kalimat diatas merupakan ‘Kalimat Majemuk Setara’, karena memiliki konjugsi ATAU

6. Apabila dikeringkan dengan menggunakan sinar Matahari , maka kapan pastinya
Anak Kalimat Anak Kalimat
bahan baku tersebut kering tidak bisa ditentukan.
Kata ‘Maka’ diatas sebaiknya dihilangkan agar kalimat tersebut menjadi induk kalimat dan merupakan kalimat majemuk
-> Apabila dikeringkan dengan menggunakan sinar Matahari , kapan pastinya
Anak Kalimat Induk Kalimat
bahan baku tersebut kering tidak bisa ditentukan.

7. Pengoperasian alat penepung itu dengan dengan cara memasukan bahan baku jamu yang sudah kering ke dalam suatu alat penampung.
-> Alat penepung (itu) dioperasikan dengan cara memasukkan bahan baku
S P Keterangan Kerja
jamu yang sudah kering ke dalam suatu alat penampung.

8. Setelah bahan baku kering, proses selanjutnya ialah memasukkannya ke dalam
Induk Kalimat Anak Kalimat
mesin penepung.
Kalimat diatas merupakan Kalimat majemuk, terdapat Konjugsi ‘Setelah’ diawal kalimat. Dan diketahui Induk Kalimat beserta Anak Kalimatnya.

TAJUK RENCANA

Author: Ozie Cool /

Pemberantasan Korupsi Terancam

Sekurang-kurangnya untuk fase sekarang, kecemasan itu yang kita rasakan. Pemberantasan korupsi terancam gagal. Sungguh ironis dan kontradiktif.

Mengapa perasaan itu muncul? Kecemasan akan terancam gagalnya pemberantasan korupsi justru muncul saat langkah-langkah pemberantasan sedang mencapai periode klimaks. Apa dasar pendapat itu?

Kita saksikan pemerintah telah menegaskan komitmennya menuntaskan kasus perpajakan yang dilakukan Gayus Tambunan. Di antara komitmen itu, Presiden Susilo Bambang Yudhoyono menugaskan Wapres Boediono mempelajari secara komprehensif, termasuk mengambil langkah selanjutnya. Presiden mengatakan tidak saja menegaskan komitmennya untuk memberantas korupsi, tetapi juga siap melakukan tindak lanjut yang diperlukan.

Jaksa Agung dan Kapolri bekerja sama dan bersinergi dengan KPK berkonsultasi dan akan mengambil tindakan konkret. Partai politik, antara lain lewat wakilnya di DPR, juga mengentakkan kembali komitmen dan kewibawaannya memberantas korupsi. Rakyat melalui berbagai forum menunjukkan kebulatan tekad dan dukungan.

Korupsi sebagai fakta dan masalah akhir-akhir ini juga diungkapkan dengan fakta dan angka. Sebut, misalnya, fakta dan angka tentang 17 gubernur yang masih menjabat ataupun mantan gubernur serta pejabat lain di daerah di Indonesia yang terlibat korupsi, bahkan sudah menjadi tersangka. Jumlah dan beragam kasusnya membuat kita geleng-geleng kepala, sakit hati, sekaligus kecil hati.

Perasaan prihatin dan gundah bertambah ketika KPK menahan sejumlah anggota DPR 1999-2004 dari beberapa fraksi. Tuduhan terhadap politisi anggota DPR itu sudah lama tersiar dan diketahui masyarakat. Sekalipun sudah lama diketahui, reaksi publik membangkitkan rasa prihatin yang mendalam dan meluas. Meski sebagai kabar-kabur sudah lama beredar, perasaan ”kaget” terasa kuat tatkala berita itu dibuka dengan ditangkapnya sejumlah politisi yang juga anggota DPR.

Sementara itu, tampil pula suatu reaksi subyektif dan solider dari politisi satu partai, terutama dari sesama anggota DPR. Reaksi disertai semacam sikap dan aksi yang menimbulkan tanda tanya. Contohnya seberapa jauh reaksi sementara anggota DPR itu disertai rasa solidaritas.

Sekurang-kurangnya dipertanyakan sikap Komisi III DPR menolak kehadiran dua unsur pimpinan KPK, Bibit Samad Rianto dan Chandra M Hamzah, dalam rapat DPR dengan KPK. Seberapa jauh dipengaruhi oleh ditahannya anggota DPR yang terlibat kasus cek perjalanan dalam pemilihan Deputi Gubernur Senior BI.

Apa yang kita khawatirkan dari perkembangan tersebut? Kita khawatir seberapa jauh kasus itu dan juga kasus seperti Bank Century bisa memengaruhi kebulatan tekad publik untuk benar-benar dan secara konsisten serta konsekuen memberantas korupsi? Kita cemas dan khawatir jika kebulatan tekad dan komitmen itu surut lagi dan terbagi-bagi lagi kebulatan tekad kita bersama.

sumber : KOMPAS.com

Uang Dan Bank

Author: Ozie Cool /

Pengertian Uang dan Bank

A. Pengertian Uang

Uang adalah segala sesuatu yang diterima atau dipercaya masyarakat sebagai alat pembayaran atau transaksi.
Suatu barang dapat berfungsi sebagai uang barang apabila memenuhi syarat-syarat sebagai berikut :
a. Dapat diterima oleh umum.
b. Jumlahnya sedikit (langkah)
c. Sangat disukai
d. Tahan lama
Uang barang mempunyai beberapa kelemahan antara lain :
a. Apabila dipecah atau dibagi nilainya menjadi sangat merosot.
b. Umumnya tidak tahan lama
c. Nilainya tidak tetap
d. Sukar di simpan dalam jumlah banyak

B. Syarat dan Fungsi Uang
1. Syarat-syarat uang
Uang mempunyai peranan yang sangat tinggi terhadap jalannya roda perekenomian suatu bangsa, oleh karena itu uang harus memenuhi beberapa persyaratan sebagai berikut :
a. Diterima dan dipercaya oleh umum.
b. Memiliki nilai stabil
c. Ada jaminan dari pemerintah.
d. Terbuat dari bahan yang tidak mudah rusak.
e. Mudah disimpan.
2. Fungsi Uang
Secara umum, fungsi uang dapat dibedakan menjadi 2 yaitu :
a. Fungsi asli, yang terdiri dari :
1. Sebagai alat pertukaran, atau tukar menukar.
2. Sebagai satuan hitungan
b. Fungsi turunan uang, antara lain terdiri :
1. Sebagai alat pembayaran
2. Sebagai pendorong kegiatan ekonomi


C. Macam – Macam Uang
Berdasarkan jenisnya, uang yang digunakan dalam kehidupan sehari-hari dapat dibedakan menjadi 2 (dua) macam, yaitu uang kartal dan uang giral.
1. Uang Kartal
Uang yang kita gunakan dalam kehidupan sehari-hari sebagai alat pembayaran yang sah berdasarkan undang-undang yang berlaku merupakan uang kartal.
Contoh :
a. Uang kartal Negara.
b. Uang kartal bank

2. Uang Giral
Uang giral dapat diartikan tagihan atau rekening di bank yang dapat digunakan sebagai alat pembayaran yang sah.
Contoh :
a. Cek
b. Bilyet Giro
c. Telegrafic Transfer

Perbedaan uang Kartal dan uang Giro
UANG KARTAL
1. Merupakan alat pembayaran yang sah untuk umum.
2. Setiap orang harus menerima dan berlaku memaksa.
3. Beredar diseluruh lapisan masyarakat
Tidak mengandung resiko karena di jamin oleh Negara dan diterimasecara langsung.
UANG GIRAL
1. Bukan merupakan alat pembayaran yang berlaku untuk umum.
2. Umum boleh menolak dan sifat berlakunya tidak memaksa.
3. Hanya beredar di kalangan tertentu
4. Jika terjadi sesuatu dengan bank resiko ditanggung sendiri

A. Pengertian Bank
Bank adalah badan usaha yang mengimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan menyalurkannya dalam bentuk kredit atau bentuk-bentuk lainnya.

1. Fungsi Bank
a. Penghimpun dana masyarakat dalam bentuk simpanan yang meliputi :
1. Simpanan giro
2. Simpanan deposito
3. Simpanan Sertifikat deposito
4. Tabungan


2. Jenis-jenis Bank
a. Bank berdasarkan penyelenggaraannya dibedakan menjadi 4 (empat) macam, yaitu :
1. Bank Pemerintah / Negara
2. Bank Swasta Nasional
3. Bank Swasta Asing
4. Bank Koperasi
b. Bank berdasarkan bentuk hukumnya :
1. Persero ( Perusahaan perseorangan)
2. Perseroan terbatas (PT)
3. Perusahaan Daerah (PD / Perusda)
4. Koperasi
c. Berdasarkan Fungsinya bank dibedakan menjadi :
1. Bank Sentral
2. Bank Umum
3. Bank Perkreditan Rakyat

3. Tugas Pokok Bank
Bank sentral adalah bank yang didirikan berdasarkan Undang-undang nomor 13 tahun 1968 yang memiliki tugas untuk mengatur peredaran uang, mengatur pengerahan dana-dana, mengatur perbankan, mengatur perkreditan, menjaga stabilitas mata uang, mengajukan pencetakan / penambahan mata uang rupiah dan lain sebagainya. Bank sentral hanya ada satu sebagai pusat dari seluruh bank yang ada di Indonesia.

a. Tugas pokok Bank Sentral
Menurut UU Nomor 13 Thn 1968, tugas pokok bank sentral adalah
1. Mencetak dan mengatur peredaran uang
2. Menjaga kestabilan nilai uang
3. Memberikan kredit kepada bank-bank diseluruh Indonesia
4. Mendorong dan menggerakkan dan masyarakat untuk pembangunan
5. Menetapkan bunga bank
6. Mengawasi bank-bank seluruh Indonesia
7. Bertindak sebagai pemegang kas Negara.

b. Tugas Pokok Bank Umum
Bank umum adalah lembaga keuangan uang menawarkan berbagai layanan produk dan jasa kepada masyarakat dengan fungsi seperti menghimpun dana secara langsung dari masyarakat dalam berbagai bentuk, memberi kredit pinjaman kepada masyarakat yang membutuhkan, jual beli valuta asing / valas, menjual jasa asuransi, jasa giro, jasa cek, menerima penitipan barang berharga, dan lain sebagainya.
Tugas Pokok Bank Umum
- menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan berupa giro, deposito berjangka,tabungan.
- memberi kredit
- menerbitkan surat pengakuan utang
- membeli, menjual, atau meminjam atas resiko sendiri maupun untuk kepentingan danatas perintahnasabah
- melakukan kegiatan lain yang lazim dilakukan bank sepanjang tidak bertentangan dengan undang-undang.

Teori Uang dan Motif

Teori nilai uang membahas masalah-masalah keuangan yang berkaitan dengan nilai uang. Nilai uang menjadi perhatian para ekonom, karena tinggi atau rendahnya nilai uang sangat berpengaruh terhadap kegiatan ekonomi. Hal ini terbukti dengan banyaknya teori uang yang disampaikan oleh beberapa ahli.

Teori uang terdiri atas dua teori, yaitu teori uang statis dan teori uang dinamis.

Teori uang statis

Teori Uang Statis atau disebut juga "teori kualitatif statis" bertujuan untuk menjawab pertanyaan: apakah sebenarnya uang? Dan mengapa uang itu ada harganya? Mengapa uang itu sampai beredar? Teori ini disebut statis karena tidak mempersoalkan perubahan nilai yang diakibatkan oleh perkembangan ekonomi.

Yang termasuk teori uang statis adalah:

-Teori Metalisme (Intrinsik) oleh KMAPP
Uang bersifat seperti barang, nilainya tidak dibuat-buat, melainkan sama dengan nilai logam yang dijadikan uang itu, contoh: uang emas dan uang perak.

-Teori Konvensi (Perjanjian) oleh Devanzati dan Montanari
Teori ini menyatakan bahwa uang dibentuk atas dasar pemufakatan masyarakat untuk mempermudah pertukaran.


-Teori Nominalisme
Uang diterima berdasarkan nilai daya belinya.

-Teori Negara
Asal mula uang karena negara, apabila negara menetapkan apa yang menjadi alat tukar dan alat bayar maka timbullah uang. Jadi uang bernilai karena adanya kepastian dari negara berupa undang-undang pembayaran yang disahkan.

Teori uang dinamis

Teori ini mempersoalkan sebab terjadinya perubahan dalam nilai uang. Teori dinamis antara lain:

-Teori Kuantitas dari David Ricardo
Teori ini menyatakan bahwa kuat atau lemahnya nilai uang sangat tergantung pada jumlah uang yang beredar. Apabila jumlah uang berubah menjadi dua kali lipat, maka nilai uang akan menurun menjadi setengah dari semula, dan juga sebaliknya.

-Teori Kuantitas dari Irving Fisher
Teori yang telah dikemukakan David Ricardo disempurnakan lagi oleh Irving Fisher dengan memasukan unsur kecepatan peredaran uang, barang dan jasa sebagai faktor yang mempengaruhi nilai uang.

-Teori Persediaan Kas
Teori ini dilihat dari jumlah uang yang tidak dibelikan barang-barang.

-Teori Ongkos Produksi
Teori ini menyatakan nilai uang dalam peredaran yang berasal dari logam dan uang itu dapat dipandang sebagai barang.

Motif memegang uang

Permintaan uang adalah kebutuhan masyarakat terhadap uang tunai. Menurut Keynes, ada tiga (motif)alasan masyarakat memegang uang yakni :
a. Motif Transaksi (Transacton Motive)
Permintaan uang untuk transaksi dipengaruhi oleh tinggi rendahnya tingkat pendapatan nasional.
b. Motif berjaga-jaga (Precautionary motive)
Motif ini juga dipengaruhi oleh tinggi rendahnya pendapatan nasional. Semakin tinggi pendapatan seseorang, maka tingkat kesadaran terhadap masa depan akan semakin tinggi. Kondisi masa depan yang tidak menentu akan mendorong orang untuk melakukan motif ini. Hal tersebut akan membawa kebutuhan yang semakin tinggi akan perlunya uang untuk berjaga. Secara aggregate semakin tinggi pendapatan nasional, maka kebutuhan masyarakat terhadap uang untuk berjaga-jaga juga akan semakin tinggi.
c. Motif Spekulasi (Speculative Motive).
Arti spekulasi pada motif ini adalah spekulasi dalam pembelian dan penjualan surat-surat berharga. Motif ii dipengaruhi oleh tingkat suku bunga. Apabila tingkat suku bunga naik, maka harga surat-surat berharga akan turun. Jadi naiknya tingkat suku bunga akan menaikkan permintaan untuk spekulasi da

Kebijakan Moneter

Kebijakan Moneter adalah suatu usaha dalam mengendalikan keadaan ekonomi makro agar dapat berjalan sesuai dengan yang diinginkan melalui pengaturan jumlah uang yang beredar dalam perekonomian. Usaha tersebut dilakukan agar terjadi kestabilan harga dan inflasi serta terjadinya peningkatan output keseimbangan.

Pengaturan jumlah uang yang beredar pada masyarakat diatur dengan cara menambah atau mengurangi jumlah uang yang beredar. Kebijakan moneter dapat digolongkan menjadi dua, yaitu :


1. Kebijakan Moneter Ekspansif / Monetary Expansive Policy
Adalah suatu kebijakan dalam rangka menambah jumlah uang yang edar

2. Kebijakan Moneter Kontraktif / Monetary Contractive Policy
Adalah suatu kebijakan dalam rangka mengurangi jumlah uang yang edar. Disebut juga dengan kebijakan uang ketat (tight money policu)

Kebijakan moneter dapat dilakukan dengan menjalankan instrumen kebijakan moneter, yaitu antara lain :

1. Operasi Pasar Terbuka (Open Market Operation)
Operasi pasar terbuka adalah cara mengendalikan uang yang beredar dengan menjual atau membeli surat berharga pemerintah (government securities). Jika ingin menambah jumlah uang beredar, pemerintah akan membeli surat berharga pemerintah. Namun, bila ingin jumlah uang yang beredar berkurang, maka pemerintah akan menjual surat berharga pemerintah kepada masyarakat. Surat berharga pemerintah antara lain diantaranya adalah SBI atau singkatan dari Sertifikat Bank Indonesia dan SBPU atau singkatan atas Surat Berharga Pasar Uang.

2. Fasilitas Diskonto (Discount Rate)
Fasilitas diskonto adalah pengaturan jumlah duit yang beredar dengan memainkan tingkat bunga bank sentral pada bank umum. Bank umum terkadang mengalami kekurangan uang sehingga harus meminjam ke bank sentral. Untuk membuat jumlah uang bertambah, pemerintah menurunkan tingkat bunga bank sentral, serta sebaliknya menaikkan tingkat bunga demi membuat uang yang beredar berkurang.

3. Rasio Cadangan Wajib (Reserve Requirement Ratio)
Rasio cadangan wajib adalah mengatur jumlah uang yang beredar dengan memainkan jumlah dana cadangan perbankan yang harus disimpan pada pemerintah. Untuk menambah jumlah uang, pemerintah menurunkan rasio cadangan wajib. Untuk menurunkan jumlah uang beredar, pemerintah menaikkan rasio.

4. Himbauan Moral (Moral Persuasion)
Himbauan moral adalah kebijakan moneter untuk mengatur jumlah uang beredar dengan jalan memberi imbauan kepada pelaku ekonomi. Contohnya seperti menghimbau perbankan pemberi kredit untuk berhati-hati dalam mengeluarkan kredit untuk mengurangi jumlah uang beredar dan menghimbau agar bank meminjam uang lebih ke bank sentral untuk memperbanyak jumlah uang beredar pada perekonomian.

Struktur Pasar

Author: Ozie Cool /

STRUKTUR PASAR

Dalam pasar biasanya ada barang-barang tertentu yang hanya dikuasai oleh satu atau beberapa penjual atau pembeli. Nah, kondisi pasar yang demikian itu menggambarkan struktu pasar.

Anda pasti tahu pengertian struktur pasar! Ya, benar. Struktur pasar adalah koondisi yang menggambarkan keadaan penting suatu pasar seperti jumlah penjual (perusahaan), keseragaman produk antar penjual, kemudahan keluar masuk pasar dan bentuk persaingannya.

Sekarang mari kita dalami pembagian pasar menurut struktur pasar. Struktur pasar dapat dibagi menjadi pasar persaingan sempurna dan pasar persaingan tidak sempurna.


A. Pasar Persaingan Sempurna

Pasar persaingan sempurna adalah suatu bentuk interaksi antara permintaan dengan penawaran yang ditandai oleh jumlah produsen dan konsumen sangat banyak dan hampir tidak terbatas.

Ciri-ciri pasar persaingan sempurna :

1. Banyak penjual dan pembeli
2. Produk yang dijual homogen
3. Penjual dan pembeli bebas masuk keluar pasar
4. Konsumen mengetahui kondisi pasar
5. Faktor-faktor produksi bergerak bebas
6. Tidak ada campur tangan pemerintah

Kebaikan Pasar Persaingan sempurna :

1. Tidak ada persaingan
2. Barang yang dijual akan laku berapapun jumlahnya tanpa penurunan harga
3. Tidak mungkin mengubah bentuk barang
4. Informasi tentang pasar telah diketahui baik oleh konsumen maupun penjual

Kelemahan Pasar Persaingan Sempurna :

1. Pasar persaingan sempurna sulit dijumpai
2. Kemajuan teknologi membuat kualitas dan kuantitas jenis barang beragam sehingga memaksa persaingan produk
3. Keuntungan maksimum sudah dapat diprediksi
4. Pasar gelap (Black market) dapat muncul seaktu-waktu


B. Pasar Persaingan Tidak Sempurna

Kalau anda sudah memahami pasar persaingan sempurna, tentu anda dapat mendefenisikan pasar persaingan sempurna! Ya, benar. Pasar persaingan tidak sempurna adalah kondisi pasar di mana jumlah penjual dengan jumlah pembeli tidak sebanding.

1. Pasar Monopoli

Monopoli adalah suatu kondisi pasar yang hanya dikuasai oleh satu penjual saja.

Ciri-ciri pasar monopoli :

1. Pasar dikuasai oleh penjual
2. Harga ditentukan oleh penjual
3. Kualitas tidak menjadi perhatian penjual
4. Tidak ada campur tangan pemerintah

Sekarang Coba anda berikan beberapa contoh produk yang dikuasai oleh satu perusahaan di Indonesia! Ya, benar. ternyata anda sangat memperhatikan kondisi perekonomian negeri ini! Great!

Kebaikan Monopoli :

1. Efisiensi produksi
2. Mendorong terjadinya inovasi
3. Mengurangi persaingan yang tidak bermanfaat

Kelemahan monopoli ;

1. Penyalahgunaan kekuatan pasar
2. Tingkat produksi yang lebih rendah
3. Mengurangi kesejahteraan konsumen
4. Timbulnya ketidakadilan terhadap konsumen

2. Pasar Monopolistik

Pasar monopolistik adalah suatu struktur pasar di mana terdapat banyak produksen yang menjual produk yang kurang lebih sama namun memiliki perbedaan dalam beberapa aspek.

Pasar Monopolistik memiliki ciri-ciri yang melekat , yaitu :

1. Terdapat banyak produsen atau penjual.
2. Adanya Diferensiasi Produk
3. Produsen Dapat mempengaruhi harga
4. Produsen dapat keluar masuk pasar
5. Promosi penjualan harus aktif


Pasar Monopolistik memiliki kebaikan sebagai berikut :

1. Banyaknya produsen di pasar memberikan keuntungan bagi konsumen untuk dapat memilih produk yang terbaik baginya.
2. Kebebasan keluar masuk bagi produsen, mendorong produsen untuk selalu melakukan inovasi dalam menghasilkan produknya.
3. Diferensiasi produk mendorong konsumen untuk selektif dalam menentukan produk yang akan dibelinya, dan dapat membuat konsumen loyal terhadap produk yang dipilihnya.
4. Pasar ini relatif mudah dijumpai oleh konsumen, karena sebagian besar kebutuhan sehari-hari tersedia dalam pasar monopolistik.


Pasar Monopolistik juga memiliki kelemahan sebagai berikut :

1. Pasar monopolistik memiliki tingkat persaingan yang tinggi, baik dari segi harga, kualitas maupun pelayanan. Sehingga produsen yang tidak memiliki modal dan pengalaman yang cukup akan cepat keluar dari pasar.
2. Dibutuhkan modal yang cukup besar untuk masuk ke dalam pasar monopolistik, karena pemain pasar di dalamnya memiliki skala ekonomis yang cukup tinggi.
3. Pasar ini mendorong produsen untuk selalu berinovasi, sehingga akan meningkatkan biaya produksi yang akan berimbas

3. Pasar Oligopoli

Pasar oligopli adalah salah satu bentuk struktur pasar dimana hanya
terdapat beberapa penjual/produsen yang memproduksi barang yang
identik atau mirip.

Ciri-ciri pasar oligopli :

1. Terdapat beberapa penjual dengan banyak pembeli
2. Adanya ketegaran harga
3. Tumbuh subur kartel
4. Harga ditentukan penjual, terutama oleh produsen besar dan
produsen kecil hanya menjadi pengikut

Kelebihan Pasar Oligopoli :

1. Terdapat efisiensi yang tinggi
2. Bila terjadi persaingan harga, maka yang diuntungkan adalah konsumen

Kelemahan pasar oligopli :

1. Produsen membutuhkan investasi dan modal yang besar untuk memasuki pasar
2. Tidak mudah memasuki pasar karena sudah ada produsen utama (pemimpin pasar)
3. Kemungkinan terjadinya kolusi antar perusahaan
4. Adanya hak paten oleh [produsen tertentu, sehingga sulit bagi produsen lain memproduksi barang sejenis.
5. Adanya hambatan jangka panjang seperti pemberian hak waralaba oleh pemerintah sehingga perusahaan lain tidak bisa memasuki pasar

PERILAKU PRODUSEN DAN PERILAKU KONSUMEN

Author: Ozie Cool /

PERILAKU PRODUSEN

Skema Proses Produksi

Input (X1, X2, …)  Aktivitas Produksi  Output (Barang atau Jasa)

Produksi merupakan konsep arus (flow consept), bahwa kegiatan produksi diukur dari jumlah barang-barang atau jasa yang dihasilkan dalam suatu periode waktu tertentu, sedangkan kualitas barang atau jasa yang dihasilkan tidak berubah.

Tujuan Perusahaan


 Maksimisasi Sumberdaya (Tenaga Kerja)
 Maksimisasi Output (Penjualan)
 Maksimisasi Growth (Pertumbuhan)

Kategori Kegiatan Produksi:
 Produksi sesuai pesanan (custom-order production)
 Produksi massal yang kaku (rigid mass production)
 Produksi massal yang fleksibel (flexible mass production
 Proses atau aliran produksi (process or flow production)

Fungsi Produksi


 Model matematis yang menunjukkan hubungan antara jumlah faktor produksi (input) yang digunakan dengan jumlah barang atau jasa (output) yang dihasilkan.
 Fungsi Produksi Total (Total Product): TP
TP ↔ Q = f(L, K); L = tenaga kerja, K = Modal
 Produksi rata-rata (Average Product): AP
APL = TP/L atau APK = TP/K
 Produksi Marjinal (Marginal Product): MP
MPL = ∆TP/∆L atau MPK = ∆TP/∆K

Tingkat Produksi Optimal


Tingkat produksi optimal atau Economic Production Quantity (EPQ) adalah sejumlah produksi tertentu yang dihasilkan dengan meminimumkan total biaya persediaan (Yamit, 2002). Metode EPQ dapat dicapai apabila besarnya biaya persiapan (set up cost) dan biaya penyimpanan (carrying cost) yang dikeluarkan jumlahnya minimun. Artinya, tingkat produksi optimal akan memberikan total biaya persediaan atau total inventori cost (TIC) minimum.
Metode EPQ mempertimbangkan tingkat persediaan barang jadi dan permintaan produk jadi. Metode ini juga mempertimbangkan jumlah persiapan produksi yang berpengaruh terhadap biaya persiapan. Metode EPQ menggunakan asumsi-asumsi sebagai berikut:
1.Barang yang diproduksi mempunyai tingkat produksi yang lebih besar dari tingkat permintaan.
2.Selama produksi dilakukan, tingkat pemenuhan persediaan adalah sama dengan tingkat produksi dikurangi tingkat permintaan.
3.Selama berproduksi, besarnya tingkat persediaan kurang dari Q (EPQ) karena penggunaan selama pemenuhan.

D.Penentuan Volume Produksi yang Optimal dengan Metode
Economic Production Quantity (EPQ)

Persediaan produk dalam suatu perusahaan berkaitan dengan volume produksi dan besarnya permintaan pasar. Perusahaan harus mempunyai kebijakan untuk menentukan volume produksi dengan disesuaikan besarnya permintaan pasar agar jumlah persediaan pada tingkat biaya minimal. Menurut Yamit (2002), permasalahan itu dapat diselesaikan dengan menggunakan metode Economic Production Quantity (EPQ). Metode EPQ dimaksudkan untuk menentukan besarnya volume produksi yang optimal, dalam artian cukup untuk memenuhi kebutuhan dengan biaya yang serendah-rendahnya.
Menurut Riyanto (2001), penentuan jumlah produk optimal hanya memperhatikan biaya variabel saja. Biaya variabel dalam persediaan pada prinsipnya dapat digolongkan sebagai berikut:
a.Biaya-biaya yang berubah-ubah sesuai dengan frekuensi jumlah persiapan proses produksi yang disebut biaya persiapan produksi (set-up cost).
b.Biaya-biaya yang berubah-ubah sesuai dengan besarnya persediaan rata-rata yang disebut biaya penyimpanan (holding cost).
Menurut Handoko (2002), biaya persiapan produksi merupakan biaya yang harus dikeluarkan sebelum produksi berlangsung. Biaya ini timbul karena perusahaan memproduksi sendiri bahan baku yang akan digunakan. Biaya ini terdiri dari : (1) biaya mesin-mesin menganggur, (2) biaya persiapan tenaga kerja langsung, (3) biaya scheduling, (4) biaya ekspedisi dan sebagainya.
Biaya penyimpanan terdiri atas biaya yang-biaya yang bervariasi secara langsung dengan kuantitas persediaan. Biaya penyimpanan per periode akan semakin besar apabila rata-rata persediaan semakin tinggi. Biaya yang termasuk sebagai biaya penyimpanan diantaranya :
a.Biaya fasilitas-fasilitas penyimpanan (termasuk penerangan, pemanas atau pendingin)
b.Biaya modal (opportunity cost of capital)
c.Biaya keusangan
d.Biaya perhitungan fisik dan konsiliasi laporan
e.Biaya asuransi persediaan
f.Biaya pajak persediaan
g.Biaya pencurian, pengrusakan atau perampokan
h.Biaya penanganan persediaan, dan sebagainya.
Kedua jenis biaya tersebut mempunyai hubungan dengan tingkat persediaan. Biaya persiapan produksi berbanding terbalik dengan tingkat persediaan. Biaya penyimpanan berbanding lurus dengan tingkat persediaan (Siagian, 1997). Semakin banyak biaya yang dikeluarkan untuk persiapan produksi, tingkat persediaan semakin kecil dan sebaliknya. Bila biaya penyimpanan semakin besar, tingkat persediaan semakin besar atau sebaliknya.

Perilaku Produsen (Produksi Optimal)

Bagian produksi adalah suatu bagian yang ada pada perusahaan yang bertugas untuk mengatur kegiatan-kegiatan yang diperlukan bagi terselenggaranya proses produksi. Dengan mengatur kegiatan itu maka diharapkan proses produksi akan berjalan lancar dan hasil produksi pun akan bermutu tinggi sehingga dapat diterima oleh masyarakat pemakainya. Bagian produksAi dalam menjalankan tugasnya tidaklah sendirian akan tetapi bersama-sama dengan bagian-bagian lain seperti bagian pemasaran, bagian keuangan serta bagian akuntansi. Oleh karena itu haruslah diadakan koordinasi kerja agar semua bagian dapat berjalan seiring dan seirama dan dapat dihindarkan benturan – benturan kepentingan antar bagian dalam perusahaan.
Tanpa adanya perencanaan yang matang, pengaturan yang bagus serta pengawasan akan mengakibatkan jeleknya hasil produksi. Di samping hasil produksi yang harus bagus kwalitasnya juga harus di pikirkan pula agar jangan sampai terjadi hasil produksi bagus tapi ongkos yang diperlukan untuk keperluan itu terlalu besar. Biaya produksi yang terlalu tinggi akan berakibat harga pokok produksinya menjadi besar dan hal ini akan mengakibatkan tingginya harga jual produk, sehingga akan tidak terjangkau oleh konsumen. Inilah yang merupakan tugas dari bagian produksi. Tugas-tugas tersebut akan dapat terlaksana dengan baik dengan mengacu pada pedoman kerja tertentu. Pedoman kerja yang harus menjadi arah kerja bagi bagian produksi dapat dirumuskan dalam empat hal yaitu :
1. Tepat Jumlah
2. Tepat Mutu
3. Tepat Waktu
4. Tepat Ongkos/Harga

Fungsi produksi adalah suatu bagian fungsi yang ada pada perusahaan yang bertugas untuk mengatur kegiatan-kegiatan yang diperlukan bagi terselenggaranya proses produksi. Dengan mengatur kegiatan itu maka diharapkan proses produksi akan berjalan lancar dan hasil produksi pun akan bermutu tinggi sehingga dapat diterima oleh masyarakat pemakainya. Bagian produksi dalam menjalankan tugasnya tidaklah sendirian akan tetapi bersama-sama dengan bagian-bagian lain seperti bagian pemasaran, bagian keuangan serta bagian akuntansi.

Jumlah produk yang dihasilkan haruslah direncanakan dengan baik agar tidak terlalu banyak maupun terlalu sedikit. Bila produksi terlalu banyak tentu saja akan mengakibatkan bertumpuknya hasil produksi di gudang. Hal ini akanmengakibatkan disamping barang tersebut akan mengalami kerusakan dalam penyimpanannya, maka penumpukan tersebut berarti banyak modal yang tertanam dalam barang jadi itu berhenti dan menjadi kurang efektif.
Dengan pedoman pada empat hal tersebut maka bagian produksi akan dapat mencapai sasarannya dengan baik. Keempat hal tersebut dapat dikenal dengan mudah sebagai “empat tepat”.
Adapun tugas tersebut secara garis besarnya dapat kita bagi menjadi beberapa macam yaitu :
1. Perencanaan Produk
2. Perencanaan Luas Produksi
3. Perencanaan Lokasi Pabrik
4. Perencanaan Layout Mesin-mesin Pabrik
5. Perencanaan Bahan Baku
6. Pengaturan Tenaga Kerja
7. Pengawasan Kwalitas


1.PERENCANAAN DAN DESAIN PRODUK
Empat faktor utama yang perlu di perhatikan dalam mendesain dan merencanakan produk adalah sebagai berikut:
a.Globalisasi selera konsumen
b.Segmentasi pasar
c.Kondisi lokal
d.Teknologi

2.PERENCANAAN KAPASITAS PRODUKSI
Suad Husnan dan Suwarsono (1994) mengistilahkan kapasitas produksi sebagai luas produksi , yaitu jumlah produk yang seharusnya diproduksi untuk mencapai keuntungan yang optimal.
Zulian Y (1996) mengungkapkan bahwa untuk menentukan kapasitas produksi optimum, terdapat berbagai faktor yang harus diperhatikan , yakni sebagai berikut:
a.Kapasitas bahan baku
b.Kapasitas jam kerja mesin
c.Kapasitas jam kerja
d.Modal kerja
e.Jumlah atau kapasitas permintaan

Faktor-faktor tersebut dikombinasikan untuk mencapai hasil yang optimum(keuntungan maksimum dan biaya minimum).Untuk mengkombinasikan berbagai faktor tersebut digunakan metode-metode sebagai berikut:
a.Metode Break even Point
BEP dapat diartikan suatu keadaan di mana total pendapatan besarnya sama dengan total biaya(TR=TC)dapat pula diartikan laba sama dengan nol.
b.Metode Liniear Programming
Metode liniear programming (LP) merupakan teknik matematik dalam membantu manajemen untuk mengambil keputusan.

3. DESAIN LAYOUT PABRIK
Layout berhubungan dengan masalah penyusunan mesin dan peralatan produksi dalam pabrik .
Menurut reksohadiprojo (2000: 127), layout fasilitas merupakan keseluruhan bentuk dan penempatan fasilitas-fasilitas yang diperlukan di dalam proses produksi .

5. Perencanaan Bahan Baku
Bahan baku harus direncanakan sedemikian rupa sehingga menopang tercapainya tujuan bagian produksi yaitu tepat jumlah., tepat mutu, tepat waktu dan tepat ongkos atau harganya. Pengaturan bahan baku memiliki 2 aspek utama yaitu :
1. Penyediaan
2. Penggunaan
Persediaan Bahan
Konsekuensi biaya yang terjadi dalam pengadaan bahan itu ada dua macam yaitu :
a. Biaya Pembelian atau Pemesanan (Ordering Cost)
Biaya pembelian adalah biaya yang harus ditanggung oleh perusahaan dalam melakukan kegiatan pembeliannya atau pemesanan bahan bakunya. Jadi biaya pembelian adalah biaya untuk melakukan kegiatan pembelian. Hal ini perlu diingatkan bahwa sering kali terjadi kekeliruan pengertian bahwa biaya pembelian itu diperhitungkan sebagai biaya atau harga bahan yang kita beli pada saat kita membeli bahan itu. Hal ini tidak benar. Harga bahan yang kita beli bukan merupakan biaya pembelian akan tetapi masuk sebagai biaya bahan, sedangkan biaya pembelian adalah biaya yang harus ditanggung dari kegitan pembeliannya seperti transportasi, komunikasi, penginapan, dan pelaksanaan pembelian tersebut.
b. Biaya Penyimpanan (Carrying Cost)
Biaya penyimpanan adalah biaya yang harus ditanggung karena kita harus menyimpan bahan yang sudah dibeli dan belum dipergunakan dalam proses produksi, Kedua biaya tersebut akan ditanggung bersama-sama oleh pengusaha. Oleh karena itu maka secara bersama akan membentuk total biaya persediaan yang merupakan jumlah dari kedua biaya tersebut.
Titik atau jumlah pembelian yang paling ekonomis yang dalam bahasa asing adalah “Economical Order Quantity” dan disingkat EOQ. Jumlah tersebut di pandang paling ekonomis karena total biaya yang ditanggungnya adalah yang tersendah, Titik terendah dari total biaya persediaan yang menimbulkan titik EOQ tersebut akan tercapai bila biaya penyimpanan sama besarnya atau berpotongan dengan biaya pemasaran.

The Law of Diminishing Return

 Hukum yang menyatakan berkurangnya tambahan output dari penambahan satu unit input variabel, pada saat output telah mencapai maksimum.
 Asumsi yang berlaku:
1. Hanya ada satu unit input variabel, input yang lain tetap.
2. Teknologi yang digunakan dalam proses produksi tidak berubah.
3. Sifat koefisien produksi adalah berubah-ubah.

Pengaruh revolusi digital pada perilaku konsumen

Digital revolution adalah perubahan secara besar-besaran dalam penggunaan alat-alat digital. Digital revolution yang dimaksud disini adalah penggunaan teknologi canggih pada pemasaran.
Pengaruh didgital revolution telah menimbulkan perubahan yang drastic terhadap lingkungan bisnis, hal ini dapat dilihat sebagai berikut :
1. Konsumen lebih memiliki kekuatan dibandingkan sebelumnya.
2. Konsumen memiliki akses untuk mendapakan informasi yang lebih dibandingkan sebelumnya.
3. Para marketer dapat menawarkan produk dan jasa yang lebih dibandingkan sebelumnya.
4. Pertukaran antara marketer dan konsumen akan lebih interaktif dan spontan.
5. Marketer dapat mengumpulkan lebih banyak informasi tentang konsumen dengan cepat dan mudah.

Perilaku konsumen :

Adalah tingkah laku dari konsumen, dimana mereka dapat mengilustrasikan pencarian untuk membeli, menggunakan, mengevaluasi dan memperbaiki suatu produk dan jasa mereka. Focus dari perilaku konsumen adalah bagaimana individu membuat keputusan untuk menggunakan sumber daya mereka yang telah tersedia untuk mengkonsumsi suatu barang.
Dua wujud konsumen
1. Personal Consumer : konsumen ini membeli atau menggunakan barang atau jasa untuk penggunaannya sendiri.
2. Organizational Consumer : konsumen ini membeli atau menggunakan barang atau jasa untuk memenuhi kebutuhan dan menjalankan organisasi tersebut.
Production concept
Konsumen pada umumnya lebih tertarik dengan produk-produk yang harganya lebih murah. Mutlak diketahui bahwa objek marketing tersebut murah, produksi yang efisien dan distribusi yang intensif.
Product concept
Konsumen akan menggunakan atau membeli produk yang ditawarkan tersebut memiliki kualitas yang tinggi, performa yang terbaik dan memiliki fitur-fitur yang lengkap.
Selling concept
Marketer memiliki tujuan utama yaitu menjual produk yang diputuskan secara sepihak untuk diproduksi.
Marketing concept
Perusahaan mengetahui keinginan konsumen melalui riset yang telah dilakukan sebelumnya, kemudian memproduksi produk yang diinginkan konsumen. Konsep ini disebut marketing concept.
Market segmentation
Membagi kelompok pasar yang heterogen ke kelompok pasar yang homogen.
Market targeting
Memlih satu atau lebih segmen yang mengidentifikasikan perusahaan untuk menentukan.
Positioning
Mengembangkan pemikiran yang berbeda untuk barang dan jasa yang ada dalampikiran konsumen.
Menyediakan nilai pelanggan didefinisikan sebagai rasio antara keuntungan yang dirasakan sumber-sumber (ekonomi, fungsional dan psikologi) digunakan untuk menghasilkan keuntungan-keuntungan tersebut. Keuntungan yang telah dirasakan berupa relative dan subjektif.
Kepuasan pelanggan adalah persepsi individu dari performa produk atau jasa dalam hubungannya dengan harapan-harapan.
Mempertahankan konsumen adalah bagaimana mempertahankan supaya konsumen tetap loyal dengan satu perusahaan dibandingkan dengan perusahaan lain, hamper dalam semua situasi bisnis, lebih mahal untuk mencari pelanggan baru dibandingkan mempertahankan yang sudah ada.
Etika pasar dan tanggung jawab social
Konsep pemasaran social mewajibkan semua pemasar wapada terhadap prinsip tanggung jawab social dalam memasarkan barang atau jasa mereka, oleh sebab itu pemasar harus mampu memuaskan kebutuhan dan keinginan dari targt pasar mereka. Praktek etika dan tangung jawab social dalah bisnis yang bagus, tidak hanya meningkatkan penjualan tetapi menghasilkan kesan yang baik.
Model sederana dari pengambilan keputusan yang dibuat oleh pelanggan
- Input stage mempengaruhi pengakuan konsumen dari sebuah kebutuhan produk dan terdiri dari dua (2) sumber informasi, yaitu usaha pemasaran perusahaan dan pengaruh sosiologi dari luar pelanggan.
- Output stage terdiri dari dua (2) pendekatan yang erat hubungannya dengan aktivitas pengambilan keputusan yang sudah diambil.
The Traditional Marketing Concept Value and Retention Focused Marketing
- Hanya membuat sesuatu yang dapat dijual selaindari mencoba untuk menjual apa yang telah dibuat.
- Jangan memfokuskan kepada produk, fokuskan pada kebutuhan yang memuaskan.
- Menyesuaikan produk pasar dan jasa dengan konsumen daripada melihat penawaran dari pesaing.
- Meneliti kebutuhan konsumen dan karakteristiknya.
- Mengerti proses perilaku pembelian dan keuntungannya terhadap perilaku konsumen.
- Segmentasi pasar berdasrkan kebutuhan konsumen dari segi geografi, demografi, psikologi, sosiokultural, gaya hidup dan karakteristik lainnya. o Menggunakan teknologi yang dapat membantu konsumen untuk menyesuaikan diri terhadap apa yang kita buat.
- Focus pada nilai suatu produk, sebanding dengan kebutuhan yang telah dipuaskan.
- Memanfaatkan dan mengerti kebutuhan konsumen untuk meningkatkan penawaran yang diterima konsumen lebih baik dari penawaran pesaing.
- Meneliti tingkat keuntungan disertai dengan bermacam-macam kebutuhan konsumen dan karakteristiknya.
- Mengerti perilaku konsumen dalam hubungannya dengan produk perusahaan.
- Menggunakan segmentasi hybrid yang mengkombinasikan sementasi tradisional dengan data pada tingkat pembelian konsumen dan pola penggunaan pada produk.
PERILAKU KONSUMEN

RISET KONSUMEN
Bidang riset konsumen dikembangkan sebagai perluasan bidang riset pemasaran, hampir semata-mata memfokuskan perhatiannya pada perilaku konsumen bukannya pada aspek-aspek lain dalam proses pemasaran. Hasil-hasil riset pasar dan juga hasil riset konsumen digunakan untuk memperbaiki pengambilan keputusan manajerial. Alasan pertama mempelajari perilaku konsumen adalah untuk memungkinkan para pemasar meramalkan bagaimana para konsumen akan bereaksi terhadap berbagai pesan promosi dan untuk memahami cara mereka mengambil keputusan membelinya
PARADIGMA RISET KONSUMEN
Para peneliti konsumen periode pertama hanya sedikit memikirkan pengaruh suasana hati, emosi, atau situasi terhadap keputusan konsumen. Mereka percaya bahwa pemasaran hanya merupakan ilmu ekonomi terapan, dan bahwa para konsumen adalah pengambil keputusan yang rasional, yang secara obyektif menilai barang dan jasa yang tersedia bagi mereka dan hanya memilih yang memberikan manfaat tertinggi dengan harga yang terendah.
Para peneliti konsumen sekarang ini menggunakan dua macam metodologi riset yang berbeda untuk mempelajari perilaku konsumen, yaitu :
- Riset Kuantitatif
Bersifat desktiptif dan digunakan oleh para peneliti untuk memahami pengaruh berbagai masukan promosi terhadap konsumen, sehingga memungkinkan para marketer meramalkan perilaku konsumen.
- Riset Kualitatif
Terdiri dari wawancara, kelompok focus, analisis kiasan, riset kolase, dan teknik proyeksi. Teknik-teknik ini terutama digunakan untuk memperoleh gagasan baru untuk kampanye promosi.


Pendekatan Ordinal dan Kardinal
Pendekatan cardinal : menganggap kepuasan konsumen bisa dikukantitatifkan.

Pendekatan ordinal : menganggap kepuasan konsumen tidak dapat dikuantitatifkan,hanya analisis deskritif. Persamaan cardinal dan ordinal yaitu sama-sama menjelaskan tindakan konsumen dalam mengkonsumsi barang-barang yang harganya tertentu dengan pendapatan konsumen yang tertentu pula agar konsumen mencapai tujuannya (maximum utility) .

Perbedaan :

Pandangan antara besarnya utility menganggap bahwa besarnya utiliti dapat dinyatakan dalam bilangan/angka. Sedangkan analisis ordinal besarnya utility dapat dinyatakan dalaml bilangan/angka.

Analisis cardinal mengunakan alat analisis yang dinamakan marginal utiliy(pendekatan marginal). Sedangkan analisis ordinal menggunakan analisis indifferent curve atau kurva kepuasan sama .
materi referensi:
~ E=AM^2 ~
TUJUAN
Perbandingan antara Positivisme dan Interpretivisme :

Positivisme Peramalan tindakan konsumen
Interpretivisme Memahami berbagai praktik konsumsi
METODOLOGI
Positivisme Kuantitatif
Interpretivisme Kualitatif
ASUMSI
Positivisme
• Rasionalitas
• Sebab dan akibat perilaku dapat dikenali dan dipisahkan
• Penyebab perilaku dapat dikenali
• Peristiwa dapat diukur secara obyektif
• Hasil riset dapat digeneralisasikan ke populasi yang lebih besar

Interpretivisme
• Tidak ada kebenaran tunggal dan obyektif
• Realitas adalah subyektif
• Sebab dan akibat tidak dapat dipisahkan
• Interaksi peneliti/responden mempengaruhi hasil riset
• Hasil riset sering tidak digeneralisasikan ke populasi yang lebih besar
PROSES RISET KONSUMEN
1) Menentukan tujuan riset
2) Mengumpulkan dan mengevaluasi data sekunder
3) Merancang studi riset primer
4) Mengumpulkan data primer
5) Menganalisis data
6) Mempersiapkan laporan hasil riset
MODEL PROSES RISET KONSUMEN
MENYUSUN TUJUAN RISET
Langkah pertama dalam proses riset konsumen adalah menentukan tujuan studi. Menentukan tujuan studi merupakan hal penting bagi para manajer pemasaran dan peneliti untuk menentukan maksud dan tujuan studi, serta untuk menjamin agar rancangan riset itu tepat. Pernyataan tujuan yang dipertimbangkan secara teliti membantu menentukan jenis dan mutu informasi yang dibutuhkan.
MENGUMPULKAN DATA SEKUNDER
Pencarian data sekunder biasanya mengiringi pernyataan tujuan. Informasi sekunder adalah setiap data yang dihasilkan oleh organisasi dari luar, data dari dalam perusahaan untuk studi sebelumnya. Hasil riset sekunder terkadang sudah memberikan pengertian yang cukup mengenai masalah yang ada sehingga dapat mengurangi kebutuhan akan riset primer. Sering data sekunder menjadi petunjuk dan pengaruh bagi rancangan riset primer.
MERANCANG RISET PRIMER
Rancangan studi riset didasarkan pada tujuan studinya. Jika informasi deskriptif dibutuhkan, maka studi kuantitatif yang dilakukan; jika tujuannya adalah memperoleh gagasan baru, maka studi kualitatif yang dilakukan. Karena pendekatan untuk tiap-tiap jenis riset berbeda dari sudut metode pengumpulan data, rancangan sampel, dan macam alat pengumpulan data yang digunakan, tiap-tiap pendekatan riset dibahas secara terpisah sebagai berikut.

RANCANGAN PENELITIAN KUANTITATIF
Metode Pengumpulan Data
Ada tiga cara untuk mengumpulkan data primer dalam riset kuantitatif :
- Penelitian Observasi
- Eksperimentasi
- Survei
Instrumen Pengumpulan Data
Instrumen pengumpulan data dikembangkan sebagai bagian dari desain riset untuk mengatur pengumpulan data dan untuk menjamin agar semua responden ditanya dengan pertanyaan yang sama dan dengan urutan yang sama.
Instrumen pengumpulan data meliputi :
- Daftar Pertanyaan
- Daftar Pernyataan Pandangan Pribadi
- Skala Sikap
RANCANGAN PENELITIAN KUALITATIF
Metode Pengumpulan Data
Pilihan teknik pengumpulan data untuk studi kualitatif meliputi :
- Wawancara yang Mendalam
- Kelompok Fokus
- Teknik Proyektif
- Analisis Kiasan
Penentuan Sampel
SAMPEL PROBABILITAS
• Sampel acak sederhana
• Sampel acak sistematis
• Sampel acak bertingkat
• Sampel kelompok (daerah)
SAMPEL NONPROBABILITAS
• Sampel yang memudahkan
• Sampel yang ditentukan
• Sampel kuota
PENGUMPULAN DATA
Sebagaimana sudah dinyatakan sebelumnya, studi kualitatif biasanya memerlukan para pakar ilmu pengetahuan soaial yang sangat terlatih untuk mengumpulkan data. Studi kuantitatif biasanya memerlukan staf lapangan yang dipekerjakan dan dilatih langsung oleh peneliti atau dikontrak dari perusahaan yang mengkhususkan diri dalam menyelenggarakan wawancara lapangan.
ANALISIS
Pada riset kualitatif, moderator atau pelaksana tes biasanya menganalisis semua jawaban yang diterima. Pada riset kuantitatif, peneliti mengawasi analisis tersebut. Semua jawaban terbuka pertama-tama diubah menjadi kode dan diukur, kemudian ditabulasikan dan dianalisis dengan menggunakan program analisis canggih yang menghubungkan data menurut berbagai variabel yang dipilih dan mengelompokkan data menurut ciri-ciri demografis yang dipilih.
PERSIAPAN LAPORAN
Pada riset kualitatif maupun kuantitatif, laporan riset memuat juga kesimpulan singkat mengenai hasil-hasil riset. Tergantung kepada penugasan dari manajemen pemasaran, laporan riset mungkin perlu atau tidak perlu memasukkan rekomendasi mengenai tindakan pemasaran. Isi laporan memuat uraian lengkap mengenai metodologi yang digunakan, dan, untuk riset kuantitatif, juga memuat berbagai tabel dan grafik untuk mendukung berbagai temuannya.
konsep-konsep elastisitas
Pengertian Elastisitas

Salah satu pokok bahasan yang palin penting dari aplikasi ekonomi adalah konsep elastisitas. Pemahaman dari elastisitas harga dari permitaan Dan penawaran membantu para ahli ekonomi untuk menjawab suatu pertanyaan, yakni apa yang akan terjadi terhadap permintaan Dan penawaran, jika ada perubahan harga? Apa yang terjadi pada “keseimbangan harga” bila faktor-faktor yang mempengaruhi kurva demand Dan kurva supply beubah? Dan berapa besar pengaruhnya?

Untuk menjawab ini pakailah konsep elastisitas.

Secara umum, elastisitas adalah suatu pengertian yang menggambarkan derajat kepekaan/respon dari julah barang yang diminta/ ditawarkan akibat perubahan faktor yang mempengaruhinya.



3.2. Elastisitas Permintaan

Elastisitas harga permintaanadalah suatu alat/konsep yang digunakan untuk mengukur derajat kepekaan/ respon perubahan jumlah/ kualitas barang yang dibeli sebagai akibat perubahan faktor yang mempengaruhi.

Dalam hal ini pada dasrnya ada tiga variabel utama yang mempengaruhi, maka dikenal tiga elastisitas permintaan, yahitu :

1. elastisitas harga permintaan
2. elastisitas silang
3. elastisitas pendapatan



3.2.1. Elastisitas Harga Permintaan (the price elasticity of demand)

Elastisitas harga permintaan adalah derajat kepekaan/ respon jumlah permintaan akibat perubahan harga barang tersebut atau dengan kata lain merupakan perbadingan daripada persentasi perubahan jumlah barang yang diminta dengan prosentase perubahan pada harga di pasar, sesuai dengan hukum permintaan, dimana jika harga naik, maka kuantitas barang turun Dan sebaliknya.

Sedangkan tanda elastisitas selalu negatif, karena sifat hubungan yang berlawanan tadi, maka disepakati bahwa elastisitas harga ini benar indeksnya/koefisiennya dapat kurang dair, dama dengan lebih besar dari satu Dan merupakan angka mutlak (absolute), sehingga permintaannya dapat dikatakan :

1. Tidak elastisitas (in elastic)
2. Unitari (unity) dan
3. Elastis (elastic)

Dengan bentuk rumus umum sebagai berikut :



Δ Q ΔP Δ Q P

Eh : atau Eh = X

Q P ΔP Q

Dimana :

Eh adalah elastisitas harga permintaan

Q adalah Jumlah barang yang diminta

P adalah harga barang tersebut

Δ adalah delta atau tanda perubahan.

Hasil akhir dari elastisitas tersebut memberikan 3 kategori :

1. Apabila perubahan harga (ΔP) mengakibatkan perubahan yang lebih besar dari jumlah barnag yang diminta (Δ Q), sisebut dengan elastisitas yang elastis (elastic), dimana besar koefisiennya adalah besar dari satu (Eh.1). Nemtuk kurva permintaannya lebih landai. [ % ΔP < % Δ Q]. 2. Apabila persentase perubahan harga (% ΔP) sama besarnya dengan persentase perubahan jumlah barang yang diminta (% Δ Q), disebut dengan elastisitas yang unity (unitari), dimana besar koefisiennnya adalah sama dengan satu (eh=1), bentuk kurva permintaannya membentuk sudut 45 derajat dari titik asal [% ΔP = % Δ Q]. 3. Apabila persentase perubahan harga (% ΔP) mengakibatkan perubahan kenaikan jumlah barang yang diminta (% Δ Q) yang lebih kecil,disebut dengan elastisitas yang in elastic dimana besar keofisiennya lebih kecil dari satu (Eh<1). Bentuk kurva permintaannya lebih vuram[ % ΔP > % Δ Q].

Pembagian kedalam tiga kategori tersebut disebabkan karena perbedaan total penerimaan (Total Renenue)nya sebagai akibat perubahan harga masing-masing kategori.

Pada suatu kurva permintaan akan terdapat ketiga keadan tersebut, tergantung dititik mana mengjkurnya. Pada harga tinggi, elastisitasnya lebih besar dari satu atau elastis, pada harga yang rendah elastisitasnya kurang dari satu atau tidak elastis (in elastic), sedangkan titik tengah dari kurva permintaan mempunya elastisitas sama dengan satu atau unity (unitari),

Disamping tiga bentuk elastisitasharga permintaan diatas, ada dua lagi elastisitas harga permintaan, yaitu :

1. Permintaan yang elastis sempurna (perfectly Elastic), ini merupakan tingkat yang paling tinggi dari kemungkinan elastisitas, dimana respon yang paling besar dari jumlahbarang yang diminta terhadap harga, bentuk kurva permintaannya merupakan garis horizontal dengan sempurna sejajar dengan sumbu gabris horizontal dengan sempurna sejajar dengan sumbu datar, besar elastisitasnya tidak berhingga (Eh =ς) pada kondisi ini berapapun jumlah permintaan, harga tidak berubah atau pada tingkat harga yang jumlah permintaan dapat lebih banyak.
2. Kurva permintaan yang tidak elastis sempurna (perfectly inelastic), ini merupakan tingkat paling rendah dari elastisitas, dimana respon yang jumlah permintaan barang terhadap perubahan harga adalah sangat kecil, bentuk kurva permintaannya vertikal dengan sempurna sejajar dengan sumbu tegak, besar koefisien elastisitasnya adalah nol (Eh = 0), artinya bagaimanapun harga tinggi, konsumen tidak akan mengurangi jumlah permintaannya.

Masing-masing bentuk kurva elastisitas harga tersebut,

Faktor Yang Mempengaruhi Elastisitas Harga Permintaan

Elastisitas harga permintaan mengukur tingkat reaksi konsumer terhadap perubahan harga. Elastisitas ini dapat menceritakan pada produsen apa yang terjadi terhadap penerimaan penjualan mereka, jika mereka merubah strategi harga, apakah kenaikan/menurunkan jumlah barang yang akan dijualnya.



Ada beberapa faktor yang menentukan elastisitas harga permintaan :

1. Tersedia atau tidaknya barang pengganti di pasar
2. Jumlah pengguna/tingkat kebutuhan dari barang tersebut
3. Jenis barang dan pola preferensi konsumen
4. Periode waktu yang tersedia untuk menyesuaikan terhadap perubahan harga/periode waktu penggunaan barang tersebut.
5. Kemampuan relatif anggaran untuk mengimpor barang



Elastisitas akan besar bilamana :

1. terdapat banyak barang subsitusi yang baik
2. harga relatif tinggi
3. ada banyak kemungkinan-kemungkinan penggunaan barang lain



Elastisitas umumnya akan kecil, bilamana :

1. benda tersebut digunakan dengan kombinasi benda lain
2. barang yang bersangkutan terdapat dalam jumlah banyak, dan dengan harga-harga yang rendah.
3. Untuk barang tersebut tidak terdapat barang-barang substitusi yang baik, Dan benda tersebut sangat dibutuhkan.



3.2.2. Elastisitas Silang (The Cross Price Elasticity of demand)

Permintaan konsumen terhadap suatu barang tidak hanya tergantung pada harga barang tersebut. Tetapi juga pada preferensi konsumen, harga barang subsitusi dan komplementer Dan juga pendapatan.

Para ahli ekonomi mencoba mengukur respon/reaksi permintaan terhadap harga yang berhubungan dengan barang tersebut, disebut dengan elastisitas silang (Cross Price Elasticity of demand)

Perubahan harga suatu barang akan mengakibatkan pergeseran permintaan kepada produk lain, maka elastisitas silang (Exy) adalah merupakan persentase perubahan permintaan dari barang X dibagi dengan persentase perubahan harga dari barang Y

Apabila hubungan kedua barang tersebut (X dan Y) bersifat komplementer (pelengkap) terhadap barang lain itu, maka tanda elastisitas silangnya adalah negatif, misalnya kenaikan harga tinta akan mengakibatkan penurunan permintaan terhadap pena.

Apabila barang lain tersebut bersifat substitusi (pengganti) maka tanda elastisitas silangnya adalah positif, misalnya kenaikan harga daging ayam akan mengakibatkan kenaikan jumlah permintaan terhadap daging sapi Dan sebaliknya.



Bentuk umum dari Elastisitas silang adalah :

ΔQx Py

Es = ——- x ——- > 0 Substitusi

Δ Px Qx



Δ Qy Px

Es = ——- x ——- < 0 Komplementer Δ Py Qy Perlu dicatat bahwa indeks/koefisien elastisitas tidak sama dengan lereng dari kurva atau slope dari kurva permintaan. Bila elastisitas tersebut no (0) berarti tidak ada hubungan antara suatu barang dengan barang lain. 3.2.3. Elastisitas Pendapatan (The Income Elasticity of Demand) Suatu perubahan (peningkatan/penurunan) daripada pendapatan konsumer akan berpengaruh terhadap permintaan berbagai barang, besarnya pengaruh perobahan tersebut diukur dengan apa yang disebut elastisitas pendapatan. Elastisitas pendapatan ini dapat dihitung dengan membagi persentase perubahan jumlah barang yang diminta dengan persentase perobahan pendapatan, dengan rumus. Δ Q Δ Y Δ Q Y Em = ——- : ——– atau Em = ——– x ——– Q Y ΔY Q Jika Em= 1 (Unity), maka 1 % kenaikan dalam pendapatan akan menaikkan 1 % jumlah barang yang diminta; Jika Em>1 (Elastis), maka orang akan membelanjakan bahagian yang lebih besar dari pendapatan terhadap barang.

Jika pendapatan naik; jika Em < 1 (in Elastis), maka orang akan membelanjakan bahagian pendapatan yang lebih kecil untuk suatu barang, bila pendapatannya naik. Apabila yang terjadi adalah kenaikkan pendapatan yang berakibatkan naiknya jumlah barang yang diminta, maka tanda elastisitas tersebut adalah positif dan barang yang diminta sebut barang normal atau superior. Bila kenaikan dalam pendapatan tersebut berakibat berkurangnya jumlah suatu barang yang diminta, maka tanda elastisitas terhadap barang tersebut adalah negatif dan barang ini disebut dengan barang inferior atau giffen. 3.3. Elastisitas Penawaran 3.3.1. Elastisitas Harga Penawaran (The Price Elasticity of Suply) Sama hal dengan perhatian elastisitas harga pada permintaan, maka pengertian elastisitas harga pada penawaran, diartikan sebagai suatu alat untuk mengukur respon produsen terhadap perobahan harga, penghitungan elastisitas harga penawaran sama dengan penghitungan pada elastisitas harga permintaan, hanya saja perbedaan pengertian jumlah barang diminta diganti dengan jumlah barang yang ditawarkan. Δ Qs P Es. = ——– x ——– Δ P Q Dimana : Q adalah jumlah barang yang ditawarkan; P adalah harga barang; S adalah delta atau perobahan. Seperti terhadap koefisien elastisitas harga permintaan, koefisien penawaran tersebut juga dapat dibagi kedalam tiga kategori, yaitu : (a) Elastis (Es > 1)

(b) In Elastis (Es < 1), (c) Unity (Es = 1). (d) Elastis Sempurna (Es = ~ ); (e) In Elastis Sempurna (Es = 0). Disamping tiga bentuk elastisitasharga permintaan diatas, ada dua lagi elastisitas harga permintaan, yaitu : 1. Permintaan yang elastis sempurna (perfectly Elastic), ini merupakan tingkat yang paling tinggi dari kemungkinan elastisitas, dimana respon yang paling besar dari jumlahbarang yang diminta terhadap harga, bentuk kurva permintaannya merupakan garis horizontal dengan sempurna sejajar dengan sumbu gabris horizontal dengan sempurna sejajar dengan sumbu datar, besar elastisitasnya tidak berhingga (Eh =ς) pada kondisi ini berapapun jumlah permintaan, harga tidak berubah atau pada tingkat harga yang jumlah permintaan dapat lebih banyak. 2. Kurva permintaan yang tidak elastis sempurna (perfectly inelastic), ini merupakan tingkat paling rendah dari elastisitas, dimana respon yang jumlah permintaan barang terhadap perubahan harga adalah sangat kecil, bentuk kurva permintaannya vertikal dengan sempurna sejajar dengan sumbu tegak, besar koefisien elastisitasnya adalah nol (Eh = 0), artinya bagaimanapun harga tinggi, konsumen tidak akan mengurangi jumlah permintaannya. Masing-masing bentuk kurva elastisitas harga tersebut, Faktor Yang Mempengaruhi Elastisitas Harga Permintaan Elastisitas harga permintaan mengukur tingkat reaksi konsumer terhadap perubahan harga. Elastisitas ini dapat menceritakan pada produsen apa yang terjadi terhadap penerimaan penjualan mereka, jika mereka merubah strategi harga, apakah kenaikan/menurunkan jumlah barang yang akan dijualnya. Ada beberapa faktor yang menentukan elastisitas harga permintaan : 1. Tersedia atau tidaknya barang pengganti di pasar 2. Jumlah pengguna/tingkat kebutuhan dari barang tersebut 3. Jenis barang dan pola preferensi konsumen 4. Periode waktu yang tersedia untuk menyesuaikan terhadap perubahan harga/periode waktu penggunaan barang tersebut. 5. Kemampuan relatif anggaran untuk mengimpor barang Elastisitas akan besar bilamana : 1. terdapat banyak barang subsitusi yang baik 2. harga relatif tinggi 3. ada banyak kemungkinan-kemungkinan penggunaan barang lain Elastisitas umumnya akan kecil, bilamana : 1. benda tersebut digunakan dengan kombinasi benda lain 2. barang yang bersangkutan terdapat dalam jumlah banyak, dan dengan harga-harga yang rendah. 3. Untuk barang tersebut tidak terdapat barang-barang substitusi yang baik, Dan benda tersebut sangat dibutuhkan. 3.2.2. Elastisitas Silang (The Cross Price Elasticity of demand) Permintaan konsumen terhadap suatu barang tidak hanya tergantung pada harga barang tersebut. Tetapi juga pada preferensi konsumen, harga barang subsitusi dan komplementer Dan juga pendapatan. Para ahli ekonomi mencoba mengukur respon/reaksi permintaan terhadap harga yang berhubungan dengan barang tersebut, disebut dengan elastisitas silang (Cross Price Elasticity of demand) Perubahan harga suatu barang akan mengakibatkan pergeseran permintaan kepada produk lain, maka elastisitas silang (Exy) adalah merupakan persentase perubahan permintaan dari barang X dibagi dengan persentase perubahan harga dari barang Y Apabila hubungan kedua barang tersebut (X dan Y) bersifat komplementer (pelengkap) terhadap barang lain itu, maka tanda elastisitas silangnya adalah negatif, misalnya kenaikan harga tinta akan mengakibatkan penurunan permintaan terhadap pena. Apabila barang lain tersebut bersifat substitusi (pengganti) maka tanda elastisitas silangnya adalah positif, misalnya kenaikan harga daging ayam akan mengakibatkan kenaikan jumlah permintaan terhadap daging sapi Dan sebaliknya. Bentuk umum dari Elastisitas silang adalah : ΔQx Py Es = ——- x ——- > 0 Substitusi

Δ Px Qx



Δ Qy Px

Es = ——- x ——- < 0 Komplementer Δ Py Qy Perlu dicatat bahwa indeks/koefisien elastisitas tidak sama dengan lereng dari kurva atau slope dari kurva permintaan. Bila elastisitas tersebut no (0) berarti tidak ada hubungan antara suatu barang dengan barang lain. 3.2.3. Elastisitas Pendapatan (The Income Elasticity of Demand) Suatu perubahan (peningkatan/penurunan) daripada pendapatan konsumer akan berpengaruh terhadap permintaan berbagai barang, besarnya pengaruh perobahan tersebut diukur dengan apa yang disebut elastisitas pendapatan. Elastisitas pendapatan ini dapat dihitung dengan membagi persentase perubahan jumlah barang yang diminta dengan persentase perobahan pendapatan, dengan rumus. Δ Q Δ Y Δ Q Y Em = ——- : ——– atau Em = ——– x ——– Q Y ΔY Q Jika Em= 1 (Unity), maka 1 % kenaikan dalam pendapatan akan menaikkan 1 % jumlah barang yang diminta; Jika Em>1 (Elastis), maka orang akan membelanjakan bahagian yang lebih besar dari pendapatan terhadap barang.

Jika pendapatan naik; jika Em < 1 (in Elastis), maka orang akan membelanjakan bahagian pendapatan yang lebih kecil untuk suatu barang, bila pendapatannya naik. Apabila yang terjadi adalah kenaikkan pendapatan yang berakibatkan naiknya jumlah barang yang diminta, maka tanda elastisitas tersebut adalah positif dan barang yang diminta sebut barang normal atau superior. Bila kenaikan dalam pendapatan tersebut berakibat berkurangnya jumlah suatu barang yang diminta, maka tanda elastisitas terhadap barang tersebut adalah negatif dan barang ini disebut dengan barang inferior atau giffen. 3.3. Elastisitas Penawaran 3.3.1. Elastisitas Harga Penawaran (The Price Elasticity of Suply) Sama hal dengan perhatian elastisitas harga pada permintaan, maka pengertian elastisitas harga pada penawaran, diartikan sebagai suatu alat untuk mengukur respon produsen terhadap perobahan harga, penghitungan elastisitas harga penawaran sama dengan penghitungan pada elastisitas harga permintaan, hanya saja perbedaan pengertian jumlah barang diminta diganti dengan jumlah barang yang ditawarkan. Δ Qs P Es. = ——– x ——– Δ P Q Dimana : Q adalah jumlah barang yang ditawarkan; P adalah harga barang; S adalah delta atau perobahan. Seperti terhadap koefisien elastisitas harga permintaan, koefisien penawaran tersebut juga dapat dibagi kedalam tiga kategori, yaitu : (a) Elastis (Es > 1)

(b) In Elastis (Es < 1), (c) Unity (Es = 1). (d) Elastis Sempurna (Es = ~ ); (e) In Elastis Sempurna (Es = 0). 3.3.1. Elastisitas Penawaran Ditinjau dari Sudut Waktu Elastisitas penawaran juga tergantung kepada waktu, apabila harga berobah, para ahli ekonomi membedakan tiga waktu/masa bagi produsen dalam rangka menyesuaikan jumlah barang yang akan ditawarkan dengan perobahan harga tersebut. Secara umum, semakin lebih panjang waktu produsen untuk menyesuaikan diri terhadap perobahan harga, semakin besar elastisitas penawaran. Adapun tiga waktu tersebut adalah : (1) tiga Immediate Run / Momentary Period / Market Period, suatu periode waktu yang sangat pendek, dimana jumlah barang yang terdapat di pasar tidak dapat dirubah, yaitu hanya sebanyak yang ada di pasar, kurva penawaran in elastis sempurna. Seperti yang diperlihatkan gambar. 3.4.a. The short Run, adalah suatu periode waktu yang cukup panjang bagi suatu perusahaan untuk memproduksi barang, tetapi tidak cukup panjang untuk mengembangkan kapasitas atau masuk pasar bagi perusahaan baru, sehingga out put hanya dapat dikembangkan sebatas kapasitas yang ada, bentuk kurva penawaran Unity. The Long Run, adalah suatu periode waktu yang sangat panjang bagi perusahaan baru untuk masuk kedalam pasar dan bagi perusahaan lama untuk membuat perencanaan untuk pengembangan perusahaan yang lebih memungkinkan untuk menyesuaikan diri dengan perobahan harga, bentuk kurva penawarannya lebih elastis, 3.2. Cara Menghitung Elastisitas Permintaan Secara garis besar ada dua cara dalam mengukur besaran elastisitas permintaan, yaitu : (1) Elastisitas Titik (Point elasticity) Cara ini digunakan untuk mengukur elastisitas yang perubahan harga dan jumlah yang diminta relatif sangat kecil atau limit mendekati nol, hal ini dapat dibuktikan, (1) Elastisitas Busur (Art Elastisity) Cara kedua ini digunakan untuk mengukur perubahan harga dan jumlah permintaan yang besar. Cara penghitungan ini terbagi dalam dua bentuk : 1. Elastisitas Jarak. Suatu cara mengukur elastisitas yang besar, tetapi bersifat searah, seperti diukur dari titik A ke titik B tidak sama besar hasilnya bila diukur dari titik B ke titik A. 1. Elastisitas Jarak dengan Modifikasi / mid point; Suatu cara dalam mengukur besaran elastisitas tanpa memperhatikan arah, apakah dimulai dari titik A ke titik B atau sebaliknya, dimana cara ini tidak akan ada perbedaan dari hasilnya, tujuan dari metode perhitungan ini adalah untuk mengatasi kelemahan pada cara pengukuran jarak (a). 3.3.1. Elastisitas Penawaran Ditinjau dari Sudut Waktu Elastisitas penawaran juga tergantung kepada waktu, apabila harga berobah, para ahli ekonomi membedakan tiga waktu/masa bagi produsen dalam rangka menyesuaikan jumlah barang yang akan ditawarkan dengan perobahan harga tersebut. Secara umum, semakin lebih panjang waktu produsen untuk menyesuaikan diri terhadap perobahan harga, semakin besar elastisitas penawaran. Adapun tiga waktu tersebut adalah : (1) tiga Immediate Run / Momentary Period / Market Period, suatu periode waktu yang sangat pendek, dimana jumlah barang yang terdapat di pasar tidak dapat dirubah, yaitu hanya sebanyak yang ada di pasar, kurva penawaran in elastis sempurna. Seperti yang diperlihatkan gambar. 3.4.a. The short Run, adalah suatu periode waktu yang cukup panjang bagi suatu perusahaan untuk memproduksi barang, tetapi tidak cukup panjang untuk mengembangkan kapasitas atau masuk pasar bagi perusahaan baru, sehingga out put hanya dapat dikembangkan sebatas kapasitas yang ada, bentuk kurva penawaran Unity. The Long Run, adalah suatu periode waktu yang sangat panjang bagi perusahaan baru untuk masuk kedalam pasar dan bagi perusahaan lama untuk membuat perencanaan untuk pengembangan perusahaan yang lebih memungkinkan untuk menyesuaikan diri dengan perobahan harga, bentuk kurva penawarannya lebih elastis, 3.2. Cara Menghitung Elastisitas Permintaan Secara garis besar ada dua cara dalam mengukur besaran elastisitas permintaan, yaitu : (1) Elastisitas Titik (Point elasticity) Cara ini digunakan untuk mengukur elastisitas yang perubahan harga dan jumlah yang diminta relatif sangat kecil atau limit mendekati nol, hal ini dapat dibuktikan, (1) Elastisitas Busur (Art Elastisity) Cara kedua ini digunakan untuk mengukur perubahan harga dan jumlah permintaan yang besar. Cara penghitungan ini terbagi dalam dua bentuk : a. Elastisitas Jarak. Suatu cara mengukur elastisitas yang besar, tetapi bersifat searah, seperti diukur dari titik A ke titik B tidak sama besar hasilnya bila diukur dari titik B ke titik A. a. Elastisitas Jarak dengan Modifikasi / mid point; Suatu cara dalam mengukur besaran elastisitas tanpa memperhatikan arah, apakah dimulai dari titik A ke titik B atau sebaliknya, dimana cara ini tidak akan ada perbedaan dari hasilnya, tujuan dari metode perhitungan ini adalah untuk mengatasi kelemahan pada cara pengukuran jarak (a). 3.2. Elastisitas dan Penerimaan Elastisitas berhubungan dengan reaksi jumlah barang terhadap perubahan harga, pada suatu kurva permintaan atau penawaran tertentu. Elastisitas perlu diketahui oleh penjual sebab; jika jumlah barang besar reaksinya terhadap perubahan harga, maka suatu penurunan harga akan menaikkan jumlah pengeluaran konsumen untuk barang tersebut, berarti juga menaikkan penghasilan. Jika jumlah barang tidak ada atau kecil reaksinya terhadap perubahan harga, maka penurunan harga hanya akan menurunkan jumlah penghasilan yang diterima penjual dari penjualan barang tersebut. Bagi penjual yang penting adalah hubungan antara perubahan harga, elastisitas dan jumlah penerimaan penjual, jika kuantitas dikalikan dengan harga per unit, maka akan menghasilkan jumlah penerimaan, karena total penerimaan dari penjualan dalam suatu pasar adalah sama dengan harga produk kali dengan harga barang yang dijual (TR = P x Q). Koefisien dari elastisitas permintaan dapat dipakai untuk meramalkan apa yang akan terjadi terhadap total penerimaan dari penjualan; apa yang akan terjadi dengan total pengeluaran konsumen bila harga berobah. Sepanjang kurva permintaan, Harga dan Quantitas barang akan selalu bergerak berlawanan arah, suatu penurunan harga (p) akan memberikan total penerimaan yang lebih rendah dan suatu kenaikkan kuantitas (Q) akan menaikkan total penerimaan (TR). Apa yang sesungguhnya terjadi terhadap Total Penerimaan, tergantung kepada reaksi permintaan terhadap perobahan harga barang. Pada permintaan yang elastis, maka penurunan harga mengakibatkan persentase kenaikkan kuantitas yang dijual melebihi persentase turunnya harga, sehingga akan menyebabkan kenaikkan jumlah penerimaan. Pada permintaan yang in elastis, maka suatu penurunan harga akan memberikan kenaikkan kuantitas yang terjual relatif lebih kecil daripada penurunan harga, sehingga jumlah penerimaan penjual menjadi turun. Pada permintaan yang unitari, maka persentase kenaikan kuantitas akan sama dengan persentase harga, dan jumlah penerimaan penjual akan tetap tidak berubah jika terjadi kenaikkan harga dan sebaliknya. Oleh karena itu, seorang penjual yang akan merubah harga harus memperhatikan elastisitas permintaan setiap tingkat harga tersebut. Jadi berobahnya total penerimaan (TR) dapat memberikan cara yang cepat, untuk meneliti apakah suatu titik berada pada titik elastis, in elastis dan unitari, dengan cara : a) Bilamana P diturunkan dan TR menurun pula, maka permintaan adalah inelastis, atau jika P dan TR bergerak arah yang sama, maka Eh < 1; b) Bilamana P diturunkan dan menyebabkan TR meningkat, maka permintaan adalah elastis, atau jika P dan TR bergerak berbeda arah, maka Eh > 1;

c) Bilamana P dinaikkan atau diturunkan, sedangkan TR sama saja, maka permintaan bersifat elastis kesatuan (unity) atau jika TR tidak berobah, ketika P berobah, maka Eh = 1.



Jadi ada dua cara untuk menentukan apakah permintaan tersebut adalah Elastis, In elastis atau Unity, yaitu cara :

1) Metode Perhitungan Koefisien Elastisitas harga dari permintaan yang diperoleh dari informasi P dan Q.

Observasi apa yang akan terjadi terhadap Total Penerimaan/Total Revanue (TR), apabila P berobah dan pengujian total penerimaan (Total Revanue Test), tapi cara kedua ini tidak memberikan suatu nilai koefisien.

Arm Stepper Robot Kit

Author: Ozie Cool /



Sama halnya dengan arm servo kit tetapi berbeda dalam motor penggeraknya. Kit ini menggunakan stepper motor untuk semua joint-nya dan dikontrol menggunakan PC atau basic stamp microcontroller. Teknik pengontrolan motor stepper berbeda dengan servo motor dan pengguna akan dituntun mulai dari prinsip dasar stepper motor hingga pemrograman.

WAlking Robo Kit

Author: Ozie Cool /




Kit ini adalah rancangan terbaru yang lebih memberikan tantangan kepada pecinta robotics dimana ada 12 servo motor yang harus dikendali dan dikoordinasi hanya untuk sebuah kaki. Gerakan robot sama halnya dengan kaki manusia. Berjalan maju-mundur, putar kanan dan kiri serta gerakan kesamping. Kit belum dilengkapi sensor dan hanya dikontrol langsung dari PC atau micro-controller. Penekanan dilakukan pada sinkronisasi joint dan link dalam satu sistem kontrol. Kit ini diperuntukkan bagi pelatihan lanjut atau bagi pecinta robot yang menginginkan pengetahuan baru dalam koordinasi multiservo motor.

Arm Servo Robo Kit

Author: Ozie Cool /






Arm servo robot adalah salah satu bentuk manipulator industri dengan geometri anthropomorphic (menyerupai tangan manusia). Kit ini cukup cepat, akurat dan memiliki kepresisian yang cukup baik. Dengan 4 sumbu gerak dan satu gripper sebagai end-effector-nya membuat kit ini sangat tepat untuk pelatihan teknologi kontrol, implementasi elektronika (mekatronika), pemrograman dan otomasi industri. Keempat sumbu gerak itu adalah: base, shoulder, elbow, dan wrist dengan sudut gerak masing-masing 180 derajat. Arm dikontrol oleh PC secara manual atau dengan program baik on-line maupun off-line dan arm dapat pula dikombinasikan dengan arm lain dalam satu kontrol unit sehingga dapat digunakan sebagai alat peraga saat pameran atau model saat perancangan sistem kontrol otomasi. Sebagai objek pelatihan, kit ini juga dapat dikontrol dengan micro-controller sehingga siswa dapat mempraktekan kemampuan pemrogramannya sekaligus mempelajari aspek-aspek penting dalam pengontrolan robotics melalui micro-controller.